Markoding baru saja mengajak sebanyak 4.122 remaja dari 27 provinsi di Indonesia untuk mengikuti program “Digital Innovation Challenge 2022: Perempuan Inovasi”. Program ini diimplementasikan oleh Markoding dengan dukungan Clé de Peau Beauté untuk membantu menuntaskan masalah ketidakadilan gender dengan memberdayakan anak remaja perempuan, khususnya remaja yang terpinggirkan, melalui peningkatan keterampilan terkini dan teknologi digital.
Di dalam programnya, Markoding mengajak para remaja Indonesia untuk berpartisipasi membuat solusi inovasi digital berupa website, mobile apps, game. Dibimbing mentor profesional dan praktisi industri, para peserta diajak berpikir untuk menciptakan solusi bagi berbagai permasalahan sosial berbasis gender, seperti kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan, kesetaraan gender, pernikahan dini, dan kesadaran akan kesehatan seksual dan reproduksi.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Markoding didukung Clé de Peau Beauté yang melatih para anak-anak kita yang punya passion di bidang teknologi digital untuk mendapatkan kompetensi-kompetensi terkini. Inilah semangat dari Kampus Merdeka,” ucap Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., selaku Plt. Dirjen DIKTI Kemendikbudristekdikti RI dalam laporannya.
BACA JUGA: Melalui Kampus Merdeka, Progate Gencarkan Belajar Coding
Menurutnya, kita harus memberikan ruang seluas-luasnya bagi seluruh siswa untuk menjadi versi terbaik mereka dan menggunakan potensinya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat.
“Besar harapan kami untuk bisa mendapatkan dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah sekaligus pihak sekolah. Dukungan ini untuk keberlanjutan program sehingga ke depannya tidak hanya aktivasi saja namun bisa menjadi bagian yang terintegrasi di kurikulum sekolah,” ucap Amanda Simandjuntak, selaku Co-Founder & CEO Markoding.
Dukungan Clé de Peau Beauté kepada Markoding bukan tanpa alasan. Markoding (Mari Kita Koding) adalah organisasi non-profit yang memiliki misi untuk mentransformasikan generasi muda khususnya anak remaja yang kurang mampu di Indonesia untuk menjadi generasi inovator dengan cara membekali mereka dengan keterampilan abad-21.
Selama tahun 2022, dengan dukungan dari Clé de Peau Beauté, Markoding telah menjangkau 4.122 remaja dari 742 sekolah di tahap SMP, SMA, SMK, MA, MTS, dan PKBM. Sebanyak 537 ide solusi telah dikembangkan.
Selain itu, dalam implementasinya, program ini juga memperkuat kapasitas 777 guru untuk mendukung pembelajaran melalui serangkaian kegiatan workshop menggunakan sumber daya yang telah terbangun melalui kerja sama dengan UNICEF Indonesia untuk menciptakan solusi permasalahan sosial di komunitas mereka.
BACA JUGA: Mitsubishi Motors Berikan Edukasi Literasi Digital Anak
“Kami sangat terkesan dengan hasil karya para anak remaja perempuan inovatif yang mengikuti program ini. Selama sembilan bulan, program ini telah terbukti berhasil memberdayakan banyak kepala sekolah, guru, dan siswa. Clé de Peau Beauté sangat bangga dapat mendukung Amanda memberikan dampak positif melalui program ini,” ucap Naomi Kawanishi, selaku Vice President Communication Development Department Clé de Peau Beauté Global Brand Unit.
Sebagai puncak rangkaian program Digital Innovation Challenge 2022: Perempuan Inovasi, 6 tim terpilih lolos ke tahap Demo Day pada 2 Desember 2022 lalu. Pada tahap Demo Day, 6 tim terpilih mempresentasikan hasil ide solusi mereka secara live disiarkan melalui Youtube Markoding. Hasil ini dinilai langsung oleh para juri yang merupakan perwakilan dari lembaga pemerintah maupun sektor industri.
Akhirnya, berdasarkan berbagai penilaian, tim dengan ide solusi Sudut Aman dari PKBM Piwulang Becik terpilih sebagai tim terbaik, sekaligus sebagai pemenang People’s Choice Award dengan likes untuk pitch video terbanyak di YouTube Markoding.
Solusi digital Sudut Aman yang diusung oleh PKBM Piwulang Becik merupakan website interaktif untuk membantu remaja Indonesia mendapatkan ruang dan kenyamanan dalam mengakses pendidikan mengenai kesehatan seksual yang komprehensif dan inklusif.
“Dukungan berbagai pihak sangat berperan dalam keberlanjutan program sehingga ke depannya tidak hanya aktivasi saja namun bisa menjadi bagian yang terintegrasi di kurikulum sekolah,” tutup Amanda.