Martha Tilaar Dinobatkan Sebagai Tokoh Berpengaruh Oleh United Nation Global Compact
United Nations Global Compact mengumumkan sepuluh SDG Pioneers tahun 2018. SDG Pioneers adalah individu-individu dari seluruh dunia yang menjalani UN Sustainable Development Goals (SDGs) melalui perusahaan-perusahaan mereka.
Salah satu kriteria dalam menentukan SDG Pioneers adalah komitmen individual dalam menerapkan Sepuluh Prinsip dan meningkatkan kepedulian atas SDG, keterlibatan mereka dengan UN Global Compact dan jaringan lokalnya. Satu dari sepuluh SDG Pioneers berasal dari di Indonesia, yakni Dr. Martha Tilaar, penemu dan Ketua Martha Tilaar Group dari Indonesia.
“Sepuluh individu hebat ini mendemonstrasikan bagaimana bisnis dapat membuka kunci di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan hasil yang lebih baik di dunia dengan menerapkan Sustainable Development Goals,” ujar Lise Kingo, CEO & Executive Director UN Global Compact.
Dengan perkembangan dunia kosmetik dan perusahaan tradisional herbal yang didirikannya, Martha Tilaar Group, Dr Martha Tilaar telah memberdayakan perempuan melalui usahanya dimana beliau mengajarkan ribuan wanita untuk mendapatkan keahlian, mencegah mereka menjadi korban perdagangan manusia yang terkadang disamarkan sebagai pencari tenaga kerja lokal.
Usaha ini telah mengubah hidup banyak perempuan melalui pengadaan lapangan pekerjaan dan pengadaan usaha darinya. martha Tilaar telah mengenalkan ramuan herbal tradisional Indonesia kepada pasar internasional melalui produk-produknya yang ditujukan pada perempuan dan menciptakan lapangan hijau khusus tanaman herbal dinamai Kampoeng Djamoe Organik (Organic Herbal Village), sebagai salah satu usahanya untuk mempertahankan kosmetik dan obat-obatan herbal secara organik.
Program pemberdayaan perempuan telah menjadi komitmen utama mereka sejak awal berdirinya perusahaan karena isu isu negatif tentang penjualan perempuan di Indonesia, ia percaya dengan memberikan keahlian lebih melalui pendidikan perempuan di Indonesia dan melibatkan mereka dalam lini bisnis beliau memberdayakan perempuan yang kekurangan menjadi individu individu yang Mandiri dan dapat mendukung dirinya sendiri serta keluarganya.
Usaha ini memberikan kontribusi jangka panjang dalam menghalau perdagangan manusia terutama perempuan sekaligus meningkatkan persamaan gender di komunitas lokal. Kini, beliau mempekerjakan lebih banyak perempuan diperusahaannya (sekitar 70%) memproduksi produk produk herbal dan kosmetik dengan tagline “beautifying Indonesian women – inner and outer beauty”.
Dalam menerapkan pemberdayaan perempuan, beliau juga mendirikan pusat pelatihan untuk terapis spa dengan berkonsepkan beasiswa penuh dengan akomodasi, uang saku, dan pelatihan gratis selama 3-6 bulan untuk perempuan muda dari keluarga kurang mampu di desa-desa. Mereka melatih perempuan ini untuk memiliki keahlian khusus dalam bidang terapi, perhotelan, sikap baik, finansial dasar, kecantikan dan lainnya. Mereka telah mendidik lebih dari 6000 perempuan Indonesia yang kini menjadi perempuan dengan keahlian khusus dan sebagian telah menjadi entrepreneur yang mempunyai bidang sendiri di layanan kecantikan.
Melalui perusahaannya Martha Tilaar juga membantu mempertahankan minuman tradisional herbal yang juga dikenal sebagai jamu sebagai warisan Indonesia dengan menolong penjual jalanan untuk memproduksi minuman jamu yang berstandar. Selama lebih dari 20 tahun grup Martha Tilaar telah mensupervisi lebih dari 2500 penjual jamu yang sebagian besar berubah menjadi pebisnis yang sukses dan mendukung keluarga mereka secara finansial.
“Saya percaya bahwa kita tidak boleh melupakan kekuatan dari para perempuan penduduk asli. Sampai hari ini saya masih melihat perempuan dengan keahlian khusus dan belum mendapatkan kesempatan untuk menyadari potensi mereka. Untuk menyuarakan Global Goals kita butuh lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam seluruh aspek kehidupan,” kata Martha Tilaar.
SDG Pioneers akan dinobatkan pada UN Global Compact Leaders Summit 2018 tanggal 24 September bertempat di kantor utama PBB di New York.
Editor: Eko Adiwaluyo