Hujan yang mengguyur Gombong sore itu seakan menjadi saksi atas diresmikannya Roemah Martha Tilaar pada Sabtu, (6/12/2014). Terletak di Jalan Sempor Lama No. 28, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, rumah tersebut ibarat untaian mutiara indah yang memberi kehidupan penuh makna bagi sosok Martha Tilaar.
Lahir dan menghabiskan masa kecilnya selama sepuluh tahun di desa kecil Gombong – yang merupakan satu dari 26 kecamatan Kabupaten Kebumen – tak lantas membuat Martha Tilaar lupa akan tanah kelahirannya itu. Di sanalah, Martha mendapatkan nilai-nilai hidup yang memberikan bekal baginya menjadi seorang entrepreneur di kemudian kelak.
“Saya bersyukur terlahir di Kebumen. Sebagai anggota keluarga Liem, saya diajarkan nilai-nilai yang kini sering terlupakan banyak orang, yaitu hidup sebagai manusia Djitue (jitu), yang artinya Disiplin, Jujur, Iman, Inovatif, Tekun, Ulet, dan Empati kepada sosial dan lingkungan,” ujarnya
Martha secara rendah hati mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pintar secara intelegensi. Keinginan dirinya untuk mengenyam penididikan tinggi di Universitas Indonesia harus kandas karena ia tidak diterima ujian saringan masuk mahasiswa kala itu.
"Saya terangkan aib saya: IQ saya jongkok. Namun, saya bangga. Saya diasah oleh seorang ibu yang melatih saya akan kreativitas dan wirausaha. Saya pernah berdagang buah-buahan, saya jualannya di depan pagar rumah. Kalau ada guru saya lewat, saya langsung naik pohon mangga di kiri sana,” terangnya sambil menunjuk pohon mangga yang dimaksud.
Perempuan kelahiran 4 September 1937 ini menceritakan kenangannya melihat sang eyang (nenek) membuat jamu dari tanaman-tanaman herbal yang tumbuh di pekarangan rumah. Salah satu tanaman herbal itu adalah Saga Telik. Karena warna bijinya yang indah, Martha kecil meronce biji Saga tersebut menjadi kalung dan gelang, yang kemudian dijualnya untuk menambah uang saku. Tanpa disadari, kreativitas dan semangat berjuang itulah yang menuntun Martha menjadi seorang pengusaha.
Namun, Martha bukanlah anak kalangan berada. Suaminya hanyalah seorang guru. Untuk mencapai mimpinya itu, ayah Martha mengumpulkan seluruh anaknya untuk bahu membahu membangun perusahaan keluarga. Akhirnya, pada tahun 1970, lahirlah usaha salon kecil-kecilan bermodalkan garasi rumah sang ayah seluas 4 x 6 meter di Menteng dan seorang pegawai dari Gunung Kidul.
“Pada zaman dulu, bank tidak mau memberikan pinjaman kepada kaum perempuan. Maunya kepada laki-laki saja, tapi perempuan tidak bisa,” kenang perempuan yang sempat mengenyam studi Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat ini.
Konsistensi yang tak pernah surut dalam mengolah hasil alam menjadi produk kecantikan ini telah membuahkan hasil. Nama Martha semakin harum sebagai pionir produk kecantikan alami perempuan Indonesia melalui perusahaan besarnya Martha Tilaar Group (MTG). Kesuksesan itu pula yang juga membawa Martha berkeliling dunia dan turut berkiprah sebagai Board Member Global Compact di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Segala cerita haru-biru dalam merintis usaha hingga berujung pada sebuah kesuksesan yang nyata, kini ditularkannya melalui Roemah Martha Tilaar. Bagi Martha, rumah ini ditujukan bukan sebagai bangunan bersejarah. Melainkan sebagai bukti Martha ingin membangun kembali Gombang, daerah kelahirannya. Setidaknya mampu melahirkan Martha Tilaar baru dari tanah Gombong.
Roemah Martha Tilaar adalah satu dari sekian sumbangsih yang ia berikan kepada negeri ini. Roemah yang dikelola oleh Yayasan Warisan Budaya Gombong ini akan menjalankan berbagai program jangka panjang. Salah satunya, program pemberdayaan perempuan Gombong agar menjadi beautypreneur. Selain itu, Roemah tersebut juga menyelenggarakan aktivitas budaya, termasuk pusat kerajinan tangan, seni pertunjukan daerah, dan workshop kebudayaan. Roemah Martha Tilaar juga menjadi bagian dari objek wisata Kabupaten Kebumen dan nantinya menjadi aset wisata budaya bagi Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
“Di usia saya yang memasuki tahun ke-78, saya berharap semoga apa yang sudah saya rintis ini dapat menginspirasi seluruh kaum muda agar bangga dengan identitas bangsanya, yaitu Bhinneka Tunggal Ika,” tutup peraih gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang Fashion and Artistry dari World University Tuscon, Arizona, AS tahun 1984 ini.
Martha Tilaar Group (PT Martina Berto) kini menjadi perusahaan terdepan di industri kosmetika dalam negeri. Setidaknya ada 10 merek yang berdiri di bawah naungan Martha Tilaar Group, antara lain PAC, Biokos, Solusi, Dewi Sri Spa, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Caring Colors, Mirabella, Belia, Sari Ayu, dan Cempaka. Selain produk kosmetik dan estetika, Martha Tilaar juga memiliki sekolah kecantikan Puspita Martha International Beauty School dan salon kecantikan Martha Tilaar Salon Day Spa.
MTG termasuk perusahaan yang secara konsisten mengintegrasikan kegiatan sosial dalam bisnis perusahaannya. Keseriusannya itu bahkan mendapat sorotan dunia internasional. Salah satunya, penghargaan Outstanding Award for Contributions pada United Nation Global Compact Leaders Summit Ketiga tahun 2010. MTG menjadi satu-satunya wakil ASEAN yang diundang ke pertemuan yang bertujuan untuk memajukan corporate sustainability leadership itu.