Dalam pidato pembukaan Peringatan Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Rabu (22/4/2015), Presiden Joko Widodo menegaskan dunia saat ini masih mewarisi ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Jokowi mengatakan negara-negara kaya yang populasinya hanya 20% dari populasi dunia mengkonsumsi 70% sumber daya dunia. Di saat yang bersamaan, ada 1,2 miliar masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan yang berjuang hidup hanya dengan uang kurang dari US$ 2 per harinya. Inilah yang menurut Jokowi sebagai bentuk ketidakadilan yang tampak nyata. “Hari ini dan besok, seluruh masyarakat kita sedang menunggu jawaban dari masalah ini semua,” ujar Jokowi.
Bagi Jokowi, solusi dari permasalahan ini dapat ditemukan dengan mengusung “Semangat Bandung” yang mengacu pada tiga cita-cita yang diperjuangkan oleh konseptor Konferensi Asia Afrika sejak 60 tahun lalu. Pertama, kesejahteraan dengan mempererat kerjasama untuk menghapus kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperluas lahan pekerjaan.
Kedua, solidaritas. Bagi Jokowi, masyarakat Asia dan Afrika harus tumbuh dan maju bersama dengan meningkatkan perdagangan dan investasi di antara kedua belah pihak. Lalu, penting juga membangun kerjasama ekonomi antarkawasan dan pembangunan konektivitas dan infrastruktur. “Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua,” tegas Jokowi.
Ketiga, terkait dengan stabilitas internal dan eksternal serta penghargaan kepada hak asasi manusia. Disampaikan oleh Jokowi bahwa negara-negara Asia dan Afrika perlu bertanya terhadap diri masing-masing mengapa konflik internal dan eskternal masih menghinggapi kedua kawasan. Jokowi juga memproklamirkan perang terhadap radikalisme dan peredaran narkoba di negara kedua kawasan tersebut. “Saya meyakini masa depan dunia ada ditangan banga-bangsa Asia dan Afrika.” tutup Joko Widodo.