Masih Perlukah Agensi Periklanan Melihat CV untuk Rekrut Orang Kreatif?

marketeers article
Ilustrasi proses rekrutmen. (FOTO: 123RF)

Agensi periklanan dikenal sebagai pelopor dalam budaya modern karena terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Namun, banyak praktik rekrutmen dalam industri ini yang masih terjebak pada metode lama, termasuk penggunaan curriculum vitae (CV) sebagai alat utama untuk menilai kandidat.

Di tahun 2024, meskipun teknologi dan metode kerja telah berubah drastis, CV masih menjadi titik awal dalam banyak proses perekrutan. Meski begitu, perubahan mulai terjadi. Salah satunya datang dari Hogarth Australia, yang berupaya mengguncang dunia rekrutmen dengan program magang tanpa CV.

Mengutip tulisan dari Matthew Keegan di laman Campaign Asia, Kamis (3/10/2024), program yang dinamakan The Originals ini menawarkan magang berbayar yang menitikberatkan pada kreativitas dibandingkan pengalaman kerja. Kandidat dinilai secara anonim berdasarkan kreativitas mereka, tanpa perlu menyerahkan CV atau riwayat pendidikan.

BACA JUGA: Sales Service Promotion of The Year 2024, Penghargaan Kinerja Profesional Terbaik di Suluttenggo

Alih-alih, mereka diminta untuk menyelesaikan tantangan kreatif, seperti menjual sebuah alpukat di TikTok. Lilli Lo Russo, Direktur Strategi Konten Hogarth Australia mengatakan bahwa industri periklanan harus merangkul perubahan radikal dalam perekrutan agar tetap kompetitif.

“Teknologi dan masyarakat telah berkembang begitu cepat, namun metode rekrutmen tidak selalu mengikuti. Kami percaya bahwa dalam dunia konten cepat dan media sosial, bakat lebih penting daripada kualifikasi yang sudah ketinggalan zaman,” kata Lo Russo.

Lo Russo juga menekankan bahwa pendekatan rekrutmen yang tradisional seringkali gagal menarik bakat yang beragam dan berasal dari generasi digital.

“Platform baru dan tren yang muncul memerlukan pendekatan yang berbeda dalam menciptakan konten. Kami harus berpikir berbasis komunitas, bukan hanya merek, dan ini berarti kami membutuhkan campuran bakat yang sangat berbeda,” jelasnya.

BACA JUGA: CV ATS vs Kreatif, Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?

Bersama dengan timnya, Lo Russo kini tengah mengevaluasi apakah pendekatan seperti yang dilakukan di The Originals dapat diterapkan pada rekrutmen posisi lain di Hogarth.

Mereka juga mulai menerapkan inisiatif lain, seperti rekrutmen anonim, di mana informasi pribadi seperti nama, jenis kelamin, dan pendidikan dihilangkan dari aplikasi kandidat. Pendekatan berbasis keterampilan, portofolio online, dan tantangan virtual menjadi fokus utama dalam proses seleksi.

Lo Russo bukan satu-satunya yang mempertanyakan efektivitas CV dalam menilai potensi seorang kandidat. Katya Obolensky, Direktur Pelaksana VCCP Singapura, juga setuju bahwa pendekatan tradisional ini perlu diubah.

“Saya masih menggunakan CV, tapi lebih mengutamakan aspek lain dalam proses rekrutmen,” ungkap Obolensky. Bagi Obolensky, rekomendasi dari sumber terpercaya dan wawancara tatap muka memiliki nilai yang jauh lebih penting dalam memahami karakter dan kreativitas seseorang.

Sementara itu, Daniel Sparkes, Direktur Kreatif di Bullfrog menyatakan bahwa CV hanya digunakan untuk mencatat tempat kerja dan referensi.

“Pengalaman dan portofolio adalah kunci untuk membuka pintu. Kami selalu melakukan wawancara panjang agar benar-benar memahami kemampuan dan kepribadian kandidat,” ujar Sparkes. Ia menegaskan bahwa agensinya juga tidak meminta kandidat untuk melakukan tugas tanpa dibayar.

BACA JUGA: 7 Tips Membuat CV ATS Friendly untuk Perbesar Peluang Lolos Seleksi

Pentingnya bakat di atas pengalaman formal juga diakui oleh Paul Reardon, Chief Creative Officer TBWA Melbourne. Ia pernah merekrut seorang kreatif muda yang tidak memiliki pengalaman di dunia periklanan namun sebelumnya bekerja di industri mode.

Dua tahun kemudian, kreatif tersebut membantu agensinya memenangkan tujuh penghargaan Cannes Lions, termasuk Grand Prix. “Disruptive creativity membutuhkan keberagaman, dan itu terbukti dengan perekrutan yang saya lakukan,” jelas Reardon.

TBWA Melbourne kini juga bekerja sama dengan Talent RISE, sebuah organisasi yang membantu pengungsi dan imigran menemukan pekerjaan.

Salah satu cerita sukses mereka adalah seorang imigran yang memulai karirnya di TBWA sebagai staf administrasi dan kemudian beralih menjadi desainer studio setelah menyelesaikan kursus desain. Reardon percaya bahwa perekrutan berbasis bakat dapat membantu menemukan potensi tersembunyi yang mungkin tidak terungkap melalui CV tradisional.

Di industri periklanan yang terkenal dengan banyaknya acara penghargaan, ada perdebatan apakah penghargaan seperti Cannes Lions, D&AD, atau The One Show bisa menggantikan CV dalam menilai seorang kandidat.

Sparkes berpendapat bahwa penghargaan adalah bonus, tetapi tidak sepenuhnya diperlukan untuk menunjukkan bahwa seseorang memiliki ide brilian. “Ide terbaik sering kali tidak masuk ke ajang penghargaan, dan penghargaan tidak selalu mencerminkan peran seseorang dalam sebuah proyek,” kata Sparkes.

Obolensky, di sisi lain, mengakui bahwa penghargaan memang penting, terutama bagi agensi, tetapi bagi dirinya, portofolio tetap menjadi indikator utama dalam proses seleksi.

“Beberapa kandidat terbaik yang pernah saya temui tidak memiliki penghargaan, tetapi saya tetap akan merekrut mereka,” ungkapnya. Ia percaya bahwa portofolio memberikan informasi paling kritis tentang kemampuan seseorang.

BACA JUGA: Templat CV yang Profesional: Panduan, Contoh dan Rekomendasi Website

Namun, Pauly Grant, Chief Talent Officer Publicis Asia Pacific, memperingatkan bahwa menilai melalui portofolio bisa menjadi proses yang subjektif.

Ia juga menekankan bahwa ada bias tersembunyi yang bisa muncul dalam penilaian berdasarkan portofolio, terutama bagi perempuan yang absen dari dunia kerja karena cuti melahirkan.

Di Australia, sekolah AWARD telah menghilangkan nama dan jenis kelamin dari portofolio kandidat, yang menghasilkan pembagian gender yang lebih merata di tingkat senior.

Meski CV, penghargaan, dan portofolio masih menjadi bagian dari proses rekrutmen di industri periklanan, semakin banyak agensi yang menyadari bahwa elemen-elemen tersebut tidak selalu menggambarkan potensi seorang kandidat.

Lo Russo, Obolensky, Sparkes, dan Reardon semuanya sepakat bahwa bakat dan kreativitas sering kali lebih penting daripada pengalaman kerja atau penghargaan.

Tantangan ke depan bagi industri ini adalah bagaimana mengadaptasi proses rekrutmen agar lebih inklusif dan berbasis keterampilan, sehingga dapat menemukan talenta terbaik yang mungkin terlewatkan dalam proses seleksi tradisional.

Editor: Eric Iskandarsjah

 

Artikel ini merupakan artikel kolaborasi antara Marketeers dengan Campaign Asia.

Related

award
SPSAwArDS