Mastercard Center for Inclusive Growth bekerja sama dengan Mercy Corps Indonesia dan 60 Decibels, meluncurkan sebuah studi Small Business Barometer Report. Studi ini mengidentifikasi tiga tantangan utama yang menghambat pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia.
Tantangan tersebut adalah kurangnya literasi digital, dukungan struktural yang kurang memadai, dan terbatasnya akses kredit. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam mengenai kondisi yang dihadapi UMK, mencakup kesulitan yang dialami, kebutuhan pendampingan, ketersediaan kredit, ambisi, dan pemahaman digital.
BACA JUGA: Lewat Shopee Live, UMKM dan Brand Lokal Catatkan Pertumbuhan Signifikan Pada Tahun 2024
Dalam penelitian ini, analisis juga dilakukan dengan memperhatikan isu-isu gender. Dua pertiga UMK menggunakan perangkat digital, dengan 46% menggunakan platform e-commerce dan 34% menggunakan e-wallet atau bank digital.
Meski 81% wirausaha menyadari pentingnya perangkat digital untuk pertumbuhan bisnis, 64% mengaku tidak tahu perangkat mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Maliki, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Kementerian PPN/Bappenas mengatakan informasi yang diperoleh dari barometer report ini memberikan pemahaman komprehensif terkait situasi digitalisasi UMK saat ini.
BACA JUGA: Perkuat Ekonomi Indonesia, Shopee Jadi Saksi UMKM Bertransformasi dan Berdaya Saing
“Dengan menyoroti ragam tantangan yang dihadapi oleh UMK dan mengidentifikasi area peluang untuk program dukungan, laporan ini dapat membekali para pembuat kebijakan dengan perangkat yang diperlukan untuk menjalankan program yang tepat sasaran,” kata Maliki di Pullman Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Hasil riset juga menunjukkan 70% UMK menganggap layanan dukungan, seperti pelatihan pengembangan usaha, manajemen keuangan, keahlian digital, dan manajemen sumber daya manusia penting bagi pertumbuhan bisnis. Namun, dua pertiga pemilik usaha kecil tidak mengakses dukungan apapun dalam setahun terakhir.
Ade Soekadis, Executive Director Mercy Corps Indonesia mengungkapkan wawasan ini menjembatani kesenjangan di antara pemangku kepentingan dan pemilik usaha kecil.
“Melalui Strive, Mercy Corps Indonesia berkomitmen untuk memfasilitasi kolaborasi lebih lanjut agar UMK dapat berkembang di lanskap bisnis Indonesia yang terus berkembang,” ujar Ade.
Dua pertiga UMK tidak mengakses kredit atau pinjaman dalam 12 bulan terakhir, dengan 62% menyatakan tidak membutuhkan kredit. Meski hampir separuh dari mereka yang mencari kredit melaporkan tidak ada hambatan, tantangan seperti suku bunga tinggi (31%), kurangnya agunan (16%), dan kurangnya informasi (15%) tetap ada.
Subhashini Chandran, Vice President, Social Impact, Asia Pacific, Mastercard Center for Inclusive Growth menyatakan Small Business Barometer Report menyajikan analisis dari informasi yang dikumpulkan dari usaha kecil di seluruh Indonesia, yang telah menyuarakan tantangan dan kebutuhan mereka untuk berkembang.
“Mastercard Strive terus berperan sebagai katalis penting bagi digitalisasi serta akses terhadap kredit dan pasar bagi usaha kecil di Indonesia,” tutur Subhashini.
Temuan ini menunjukkan pentingnya program atau intervensi khusus untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketangguhan UMK di Indonesia. Para pemangku kepentingan di sektor publik, swasta, dan organisasi nonprofit dapat memanfaatkan laporan ini untuk merancang kebijakan yang inovatif dan meningkatkan kapasitas serta produktivitas UMK di Indonesia.
Editor: Ranto Rajagukguk