Masuk ke Social Commerce, Loreal Kini Punya 6 Ruang Livestream
Pandemi COVID-19 mendorong akselerasi penggunaan e-commerce di Indonesia. Saat ini, e-commerce seakan bagian dari kehidupan masyarakat dari berbagai generasi. Seiring dengan peningkatan penggunaan e-commerce, muncul model social commerce.
Model social commerce memungkinkan untuk menjual produk mereka melalui media sosial, dan pembeli dapat langsung membelinya tanpa harus ke platform lain. Hal ini pun memudahkan para pembeli yang ingin berbelanja produk pilihan mereka.
Sebagai merek kecantikan yang customer centric, L’Oréal pun turut menjual produknya di media sosial atau social commerce. Menurut Fabian Prasetya Wijaya, Chief Digital & Media Officer L’Oréal, social commerce ini akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan platform tersebut.
“Kalau dilihat, media sosial terus berkembang, mulai dari Facebook, Instagram, hingga TikTok. Bahkan, TikTok ini hampir sepopuler Instagram dan uniknya, platform ini seperti tahu apa yang orang suka dengan terus memunculkan konten yang sesuai dengan mereka,” katanya.
Menurut Fabian, pertanyaannya adalah kapan orang membeli melalui media sosial atau e-commerce. Sebab, saat ini e-commerce sudah mulai mengadopsi pengalaman yang ada di media sosial, begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, industri ini akan terus bertumbuh. Apalagi, saat ini orang sudah banyak menikmati konten.
“Social commerce maupun e-commerce ini adalah customer touchpoint untuk kami. Kami membangun merek, membuat konten bagus, dan memberikan edukasi. Saat orang menyukainya, mereka akan membeli produk kami apa pun kanalnya. Pada akhirnya, semua itu tergantung keputusan konsumen,” ujar Fabian.
Sebagai merek yang customer centric, L’Oréal harus mengetahui di kanal mana konsumen mau membeli produk mereka. Oleh sebab itu, L’Oréal berupaya untuk berada di setiap customer touchpoint. Termasuk masuk ke TikTok karena adanya permintaan konsumen di media sosial tersebut.
“Penting bagi L’Oréal untuk tetap relevan dengan konsumen kami saat ini. Kami selalu mendengarkan saran dan masukan dari mereka, maka dari itu kami masuk ke TikTok,” kata Fabian.
Pada platform itu L’Oréal juga melakukan livestream untuk berkomunikasi dengan konsumen hingga berjualan. Bahkan, di kantor L’Oréal ada enam ruang yang khusus digunakan brand-brand naungan L’Oréal untuk livestream. “Biasanya, para merek livestream hingga tiga kali sehari. Bahkan, kami seringkali livestream sampai pukul 2 pagi karena masih ada audiens yang melihat,” tutur Fabian.
Dengan melakukan hal tersebut, Fabian mengungkap L’Oréal menjadi lebih engage dengan konsumen dan memahami apa yang mereka inginkan. Selain itu, penjualan produk-produk L’Oréal turut meningkat, meski tidak drastis. Namun, setidaknya ada penambahan kanal distribusi.
L’Oréal membuka akun di TikTok Shop sejak delapan bulan yang lalu. Saat ini, gabungan jumlah pengikut dari tiga merek L’Oréal di TikTok mencapai 1,7 juta pengikut. “Masih banyak hal yang bisa kami kembangkan dan tujuan yang ingin dicapai L’Oréal di social commerce,” katanya.
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Marketeers Edisi Agustus 2022. Selengkapnya bisa ditemukan di sini!
Editor: Ranto Rajagukguk