Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan atau merek mengalami masalah yang sama, yaitu struktur organisasi makin efisien, namun tidak bisa berkembang. Seiring dengan perkembangan dunia teknologi, makin banyak aktivitas pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan yang terintegrasi secara digital.
Pemasar akhirnya menjadi bertanggung jawab dengan terus bertambahnya bujet untuk pengeluaran marketing. Meskipun inovasi-inovasi ini dan solusi marketing technology memberikan nilai tambah bagi industri, namun hal tersebut menjadi tantangan bagi tim pemasar tentang pemanfaatannya bagi pertumbuhan bisnis.
Oleh karena itu, perusahaan atau merek dituntut memosisikan ulang pemasaran sebagai pendorong pertumbuhan. Dilansir dari Forbes, berikut strategi yang perlu dijalankan agar kegiatan marketing bisa mendorong pertumbuhan bisnis:
BACA JUGA: Seasonal Marketing, Soiree Rooftop & Bar Hadirkan Bar Takeover
Prioritaskan Relevansi Nilai dan Merek
Untuk merek dengan skala tertentu, memprioritaskan model pemasaran yang mencakup relevansi nilai-nilai melalui pemasaran merek dapat membuat perbedaan besar. Penelitian dari X (Twitter) menunjukkan seperempat dari keputusan pembelian konsumen berkaitan dengan pendekatan nilai sebuah merek.
Konsumen berusia 18-35 tahun, yang telah menjadi prioritas karena daya beli mereka, merasa lebih yakin lagi bahwa merek yang mereka beli selaras dengan nilai-nilainya.
“Ketika Anda terlalu fokus pada kinerja, Anda tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan narasi untuk menceritakan nilai-nilai Anda. Dengan kampanye yang menyentuh hati akan memberikan pengalaman yang lebih dalam, dan semua orang pasti menyukainya,” kata Hiroki Asai, kepala pemasaran global Airbnb.
BACA JUGA: AI Marketing ala Indomilk Steril, Gandeng Ariel NOAH
Iklan Tak Hanya di Televisi
Airbnb membuat gebrakan melalui beberapa iklan televisi yang berkesan. Namun, pemasaran yang modern harus berpikir bahwa iklan tidak hanya melalui televisi.
Dengan pilihan konten yang tak terbatas, makin sulit untuk menarik perhatian konsumen. Biro Periklanan Interaktif baru-baru ini melaporkan pengeluaran untuk video digital akan melampaui bujet iklan konvensional untuk pertama kalinya pada tahun 2024.
Pada saat yang sama, penelitian dari Bulbshare menemukan 99% Gen Z akan memilih “melewatkan” iklan jika ada pilihan. Seiring dengan pergeseran media dan perilaku konsumen, pola pikir pemasaran yang holistik harus diterapkan untuk membangun merek.
Poppi, merek minuman ringan mengandalkan kemitraan lewat kerja sama influencer sebagai bagian dari strategi perusahaannya. Baru-baru ini merek tersebut menggandeng influencer TikTok terkenal, yaitu Alix Earle dalam aktivasi di festival musik populer Coachella.
Kemitraan bersama Earle menghasilkan 4,5 juta engagement, dan menjangkau lebih 275 juta orang. Influencer Poppi sebelumnya telah membantu melambungkan merek ini menjadi minuman ringan terlaris nomor satu di Amazon, menjangkau 5 juta rumah tangga baru setiap bulannya pada tahun 2024.
Evaluasi dan Buat Strategi Baru
Melakukan perubahan merek secara signifikan mungkin membutuhkan keyakinan yang besar. Namun, pemasar bisa memulai dari yang kecil, mengevaluasi cara-cara baru untuk mengukur dampak, dan secara bertahap mengembangkan rencana yang sesuai dengan para petinggi perusahaan.
Branding marketing mungkin tidak memberikan hasil yang dapat diprediksi seperti halnya performance marketing. Namun, pergeseran strategis akan mempersiapkan Anda untuk kesuksesan bisnis jangka panjang yang lebih besar.
Sudah waktunya bagi pemasar untuk beralih dari obsesi performance marketing dan memikirkan cara-cara baru yang lebih bernilai dan berkesan serta mengutamakan pertumbuhan bisnis.
Editor: Ranto Rajagukguk