Melihat Potensi Ichitan di Pasar Teh Kemasan Indonesia

marketeers article
Pasar teh dalam kemasan di Indonesia sangat potensial. Menurut catatan Euromonitor, volume kategori teh dalam kemasan tumbuh 10% tahun lalu, atau setara 1,2 miliar liter. Ada yang mentaksir, kapitalisasi pasar ini mencapai Rp 27,8 triliun atau dua kali lebih besar ketimbang pasar minuman berkarbonasi. 
 
Belum lagi dengan data Asosiasi Penguasa Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) yang menyebut konsumsi air minum dalam botol rata-rata meningkat 12,5% sepanjang 2009 hingga 2014. Selama kuartal pertama 2015 lalu, penjualan minuman botol tumbuh 11,5% menjadi 5,8 miliar liter dari periode sebelumnya yang hanya 5,2 miliar liter.
 
Data-data tersebut tentu menarik perhatian Ichitan Group untuk masuk ke pasar Indonesia. Menggandeng PT Atri Pasifik, perusahaan patungan antara Grup Alfamart dengan Mitsubishi, Ichitan Indonesia bertekad selama lima tahun ke depan dapat menjadi sepuluh besar pemain teh dalam kemasan di Indonesia.
 
Namun, Ichitan mesti mengakui pemain lokal mendominasi pasar teh dalam negeri. Sosro dengan slogannya “Ahlinya Teh” sampai saat ini menguasai 58% pangsa pasar volume teh dalam kemasan.
 
Meskipun selalu di posisi nomor wahid, Sosro pada tahun 2014, menurut Euromonitor, volume share-nya mesti turun 4% lantaran meningkatnya persaingan yang datang dari pemain baru, seperti Teh Pucuk (PT Mayora Indah Tbk), Mirai Ocha (PT Suntory Garuda Beverage), Teh Gelas (Orang Tua Group), dan Ichi Ocha (Indofood Asahi Sukses Beverage).
 
Kehadiran Ichitan tentunya menambah deretan panjang perusahaan asing yang masuk ke kategori minuman teh dalam kemasan. Teh yang menjadi penguasa pasar di Thailand itu kemunculannya hampir berbarengan dengan Teh Fiesta yang diproduksi oleh perusahaan pakan ternak PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 
 
Charoen Pokphand berencana membangun pabrik di Cikande, Banten, dengan kemampuan memproduksi sebanyak 40.000 botol per jam. Perusahaan ini mengestimasi biaya pembangunan pabrik bakal memakan Rp 400 miliar, setengah dari dana itu diambil dari capex tahun ini.
 
Sedangkan, Ichitan mengatakan baru akan membangun pabrik tiga tahun dari sekarang, alias pada tahun 2018 yang berlokasi di Jakarta. Kapasitas produksinya mencapai 7 juta boks per bulan.
 
“Saat ini, produk kami impor dari Thailand. Dan tahun depan, kami lakukan toll manufacturing dengan pabrik di Mojekorto, yaitu PT Hon Chuan Indonesia,” kata Tan Passakornnatee, Chairman & CEO Ichitan Group kepada Marketeers di Jakarta, Kamis, (29/10/2015).
 
Tan memang tak berbicara secara gamblang soal target penjualan ataupun market share-nya di Indonesia. Namun, menurut keterangan Tan di nationmultimedia.com, Ichitan menargetkan penjualan sebesar 10 miliar Baht (setara Rp 3,8 triliun) selama lima tahun keberadaannya di dalam negeri. Pihaknya juga bakal merealisasikan pabrik di Indonesia apabila target penjualan telah mencapai Rp 380 miliar.
 
Namun, dengan pemain yang kian banyak, serta target konsumen yang sama (kalangan muda), tentu akan ada seleksi alam yang terjadi di industri teh dalam kemasan. Apalagi pemain kuat seperti Teh Botol Sosro mulai ikut-ikutan terjun ke kategori teh hijau, setelah berpuluh-puluh tahun bermain di kategori teh hitam. 
 
Mungkin, Sosro sadar bahwa kategori teh hijau saat ini lebih berkembang ketimbang teh hitam. Selain itu, Joy Tea yang dibuat Sosro untuk bermain di pasar teh hijau, tak berpengaruh besar dalam menggeser dominasi dua penguasa teh hijau di Indonesia, yaitu Nu Green Tea (PT ABC Presiden) dan Frestea Green (Coca-Cola Company). Pertanyaannya, apakah Ichitan dapat bertahan?
 
Editor: Sigit Kurniawan

    Related