Memahami Perbedaan Gen Z dan Gen Y dalam Pemasaran

marketeers article
Memahami Perbedaan Gen Z dan Gen Y dalam Pemasaran. (123rf.com)

Gen Z dan Gen Y sering kali disalahpahami oleh banyak pemasar. Perbedaan karakteristik dan kebiasaan antara kedua generasi ini sangat signifikan, dan pemahaman mendalam mengenai perbedaan tersebut penting untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif.

Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers menyatakan banyak pemasar keliru dengan menyamakan strategi untuk Gen Y dengan Gen Z. Padahal, kedua generasi ini memiliki karakteristik yang sangat berbeda.

BACA JUGA: Supaya Makin Dilirik Gen Z, Mie Sedaap Gaet Ahn Hyo Seop Jadi BA Baru

Gen Y atau Milenial adalah generasi yang pertama kali mengenal internet pada masa remaja atau saat dewasa muda. Mereka belajar menggunakan internet di sekolah atau bahkan saat sudah bekerja.

Berbeda dengan Gen Z, yang sejak usia dini sudah mengenal dan menggunakan internet. Mulai dari usia lima tahun, Gen Z sudah terlatih menggunakan perangkat yang terhubung ke internet.

BACA JUGA: Hadirkan Galaxy Z Flip6, Samsung Ambil Inspirasi dari Kebiasaan Gen Z

Bagi Gen Y, internet adalah alat yang membantu mereka dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Sementara itu, bagi Gen Z, internet adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.

Gen Y melihat dunia online dan offline sebagai dua hal yang terpisah, sementara Gen Z melihatnya sebagai satu kesatuan tanpa batas.

“Gen Z sering berinteraksi secara fisik namun berkomunikasi secara online, menciptakan dunia tanpa batas antara ruang fisik dan digital,” kata Iwan seperti dikutip dalam ANALISIS #53 di Channel YouTube Marketeers TV, pada Jumat (2/8/2024).

Dalam konteks pemasaran, perbedaan ini sangat memengaruhi perilaku konsumen dari kedua generasi. Misalnya, Gen Y cenderung menampilkan versi terbaik dari diri mereka di media sosial, menggunakan platform seperti Instagram dengan berbagai filter dan alat editing untuk menciptakan kesan sempurna.

Sementara itu, Gen Z lebih menyukai keaslian dan ketulusan, sehingga mereka lebih memilih platform, seperti TikTok yang menampilkan konten mentah dan tidak diedit. Selain itu, Gen Y lebih emosional dalam mengambil keputusan dan menyukai merek yang menonjolkan branding emosional.

Sebaliknya, Gen Z lebih rasional dan fokus pada utilitas atau fungsi dari produk yang mereka beli. Gen Z juga melihat kesuksesan sebagai kebahagiaan, berbeda dengan Gen Y yang mengukur kesuksesan dari status sosial dan kepemilikan material.

Dalam hal pengeluaran, Gen Y lebih suka membeli aset seperti rumah, mobil, dan barang mewah. Sementara itu, Gen Z lebih banyak menghabiskan uang untuk pengalaman seperti menonton konser dan traveling.

“Gen Z mengutamakan pengalaman dibandingkan kepemilikan material,” ujar Iwan.

Perbedaan lain yang mencolok adalah orientasi sosial mereka. Gen Y sangat peduli dengan opini orang lain dan sering disebut sebagai generasi konformis.

Gen Z, sebaliknya, lebih nonkonformis dan tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Mereka ingin memiliki identitas sendiri dan tidak mengikuti arus.

Dalam menyusun strategi pemasaran untuk Gen Z, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pemahaman bahwa Gen Z menghabiskan banyak waktu di internet, rata-rata 8,5 jam per hari di berbagai perangkat.

Mereka terbiasa dengan micro moments, yaitu penggunaan internet dalam segmen-segmen kecil waktu sepanjang hari. Pemasar harus memanfaatkan micro moments ini untuk menawarkan produk dan layanan mereka secara efektif melalui kanal digital dan mobile-first.

Selain itu, meskipun sangat akrab dengan digital touchpoints, Gen Z juga menghargai pengalaman fisik yang multisensori sebagai bentuk pelarian dari kelelahan digital.

“Gen Z mengalami digital fatigue dan mencari momen untuk healing, seperti pergi ke gym, kafe, atau acara live,” ujar Iwan.

Oleh karena itu, merek yang mampu menggabungkan elemen digital dan fisik dengan baik akan lebih berhasil menarik perhatian Gen Z. Mengerti perbedaan ini sangat penting bagi pemasar untuk mengembangkan strategi yang tepat dan relevan.

Generasi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda, dan kesalahan dalam menyamaratakan strategi dapat berakibat fatal. Pemahaman yang mendalam dan pendekatan yang tepat akan membantu merek memenangkan hati Gen Z dan Gen Y secara efektif.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS