Memahami Product Placement dalam Film

marketeers article

Di musim liburan seperti sekarang ini, masyarakat disuguhi aneka tontonan. Salah satunya, film. Bahkan, film-film ini memang sengaja dijadwalkan untuk tayang di musim liburan. Biasanya, film-film ini bertema keluarga atau anak-anak. Contohnya adalah Film Jurassic World: Fallen Kingdom yang sedang tayang di jaringan bioskop di Indonesia.

Jika Anda perhatikan, dalam berbagai film itu sering dimunculkan aneka produk atau brand, entah sebagai latar atau yang mendapat sorotan utama. Produk itu bukan karena ketidaksengajaan, melainkan didesain sedemikian rupa sebagai bagian dari marketing campaign sebuah brand. Inilah yang disebut dengan product placement.

Product placement juga dikenal dengan sebutan embedded marketing. Artinya, teknik pemasaran yang menyatukan produk atau brand dalam sebuah aktivasi atau program, seperti program televisi, event, sports, video games, maupun film.

Biasanya, placement ini juga dilakukan untuk mengurangi ongkos produksi dan ditempatkan sebagai pengganti kompensasi. Misal, brand smartphone ditampilkan sebagai wujud barter untuk operasional kru film.

Menurut Amanda Lotz, seorang pakar kajian media, ada dua dua kategori product placement. Pertama, basic di mana logo atau produk tampil di film tapi tak diulas oleh tokoh di dalamnya. Kedua, advanced, di mana produk atau brand disebut oleh tokoh.

Selain itu, ada juga yang dinamakan brand integration yang mana brand atau perusahaan menjadi bagian utama dalam plot maupun narasi dalam film atau program TV. Contohnya, The Apprentice yang diasuh oleh Donald Trump atau All My Children.

Kalau ditelusuri, product placement dimulai sejak Abad ke-19. Diawali oleh novel petualangan Jules Verne berjudul “Around the World in Eighty Days” (1873) yang memuat nama sebuah perusahaan. Disusul lukisan Eduoard Manet (1881-1882) yang memuat botol bir dengan brand Bass Beer.

Asal tahu saja, product placement di film tidaklah murah. Heineken, misalnya, harus membayar US$ 45 juta di film Skyfall (2012). Permen Reese’s Pieces bayar US$ 1 juta dalam film E.T (1982). BMW bayar US$ 3 juta dalam GoldenEye (1995).

Sementara itu, BMW mengaku penjualannya meningkat 22% pada tahun  dia melalukan placement di film The Italian Job (2003). Hersey Company mengaku profitnya nail 65% setelah placement Reese’s Pieces di film E.T. Hal ini menampakkan bahwa product placement memiliki dampak positif bagi brand.

Bagaimana pendapat Anda?

Related