Oleh Mukti Wibawa Fasilitator Exclusive MarkPlus Institute
Kekuatan e-commerce yang membuka akses pada jutaan produk, kapan saja, dan di mana saja memberi motivasi pada konsumen untuk berpartisipasi dalam industri ritel online ini. Faktanya, menurut penelitian, 66% dari waktu para pelaku belanja online termasuk ‘Belanja Emosional’.
Misalnya, orang berbelanja online karena mereka merasa senang. Mereka merasa lebih baik atau membantu untuk rileks, melarikan diri dari rutinitas dan bersantai.
BACA JUGA: Survei YouGov: 87% Gen Z Gunakan Dompet Digital
Belanja Emosional meliputi ‘Keahlian Menjelajah’ dunia maya. Saat itulah pembeli termotivasi untuk mengikuti berita (yang kategorinya mereka minati) sehingga mereka merasa seperti seorang ahli.
Pembeli jenis ini kemudian membagikan berita itu pada teman dan keluarganya sebagai cara untuk membangun relasi dengan mereka. Kategori belanja jenis ini terjadi 24% dalam waktu tertentu.
BACA JUGA: Tahun 2022, Nilai Ekonomi Digital RI Bisa Tembus US$ 77 Miliar
‘Menjelajahi Kebosanan’ terjadi 11% dari satu waktu. Ini adalah saat pembeli menelusuri dan membeli untuk memenuhi kebutuhan mereka saat merasa bosan, dengan memberikan kegembiraan untuk hari itu.
‘Penjelajahan Dopamin’ adalah saat konsumen merasakan sensasi kesenangan dan dihargai saat mereka berbelanja. Bentuk belanja seperti ini terjadi 13% dalam waktu tertentu.
Survei ini dirancang untuk meneliti apa motivasi orang berbelanja online setiap hari. Walaupun faktor emosi memainkan peran penting dalam perilaku belanja konsumen, mereka juga memiliki niat atau tujuan tertentu, ini terjadi 30% dari satu waktu.
Belanja berbasis niat terjadi untuk satu dari dua alasan. Sebanyak 11% dari semua momen belanja online dilakukan oleh ‘Penjelajah Transaksi’ yang mana pembeli mencari penawaran khusus atau kupon diskon.
Sementara itu, 19% orang menelusuri online untuk mencari ‘Pemecahan Masalah’ atau solusi tertentu. Hanya 4% dari waktu, pembeli menelusuri ‘Lubang Kelinci’ yang berarti mereka tidak benar-benar termotivasi membeli tapi hanya untuk browsing produk-produk secara online.
Konsumen milenial berbelanja dengan alasan emosional lebih dari segmen demografi lainnya (75% dari satu waktu). Sebaliknya, konsumen milenial yang punya niat untuk belanja hanya 25% dari satu waktu.
Data ini mungkin berarti bahwa generasi milenial lebih rentan terhadap pembelian impulsif. Ketika masuk ke situs belanja online, banyak konsumen menggunakan ‘Keranjang Belanja Digital’ mereka untuk fungsi lain selain melakukan pembelian langsung.
Misalnya, 74% konsumen menggunakan keranjang belanja sebagai daftar keinginan untuk menyimpan barang-barang yang mungkin mereka beli di kemudian hari. Selanjutnya, 56% orang menggunakan keranjang belanja mereka untuk membandingkan belanja antar-item sebelum memutuskan apa yang akan dibeli.
Sementara itu, 29% orang menggunakan keranjang belanja mereka sebagai tempat menyimpan produk yang menginspirasi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menyusun dan menjalankan strategi di bidang digital, engagement, aktivitas dan taktik penjualan dan pemasaran e-commerce.
Editor: Ranto Rajagukguk