Menakar Berbagai Penyebab Anjloknya Saham Netflix

marketeers article
saham netflix

Saham Netflix pada Senin (14/2/2022) dikabarkan anjlok ke titik terendahnya ketika pandemi COVID-19 mulai melonjak pada Maret 2020. Hal ini disebabkan karena investor terus menjual saham layanan streaming ini lantaran menghadapi pertumbuhan pelanggan yang melambat dan kenaikan biaya di tengah meningkatnya persaingan dari para pesaing.

Menurut data yang dikutip dari Forbes, saham Netflix turun hampir 3% atau ke level terendah sekitar US$ 331 per saham, turun lebih dari 50% dari rekor tertinggi sekitar US$ 700 per saham pada November lalu. Melanjutkan, saham Netflix baru-baru ini anjlok lebih dari 20% pada 21 Januari setelah laporan pendapatan kuartal keempat perusahaan menunjukkan perlambatan pertumbuhan pelanggan, dan berakhir dengan status “buruk” oleh beberapa analis.

Dengan laporan ini, saham Netflix telah menyerahkan seluruh keuntungan mereka di era pandemi COVID-19, dan memulai kembali di level yang sama saat Maret 2020, atau pada masa semaraknya lockdown paruh pertama.

Padahal, saham layanan streaming tersebut sempat mengalami kenaikan hingga lebih dari 60% pada tahun 2020 dan 11% pada tahun 2021. Hal ini disebabkan oleh konsumen yang terjebak di rumah selama pandemi berlangsung. Namun seiring keadaan yang membaik, pertumbuhan pelanggan kian melambat karena orang-orang telah kembali menonton di bioskop.

Seperti yang diketahui, Netflix memiliki series populer seperti The Witcher dan Stranger Things, serta film yang akan membawa pelanggan baru untuk berlangganan di Netflix yaitu, Spiderman: No Way Home dan The Batman yang bersama-sama telah mengumpulkan lebih dari US$ 2 miliar di lantai box office.

Perusahaan juga baru-baru ini mengakui mendapatkan peningkatan persaingan dari platform streaming seperti Apple dan Disney yang telah mulai memakan margin pertumbuhan mereka.  Gabungan dari kenaikan produksi juga terpaksa membuat Netflix menaikkan harga di Amerika Serikat dan Kanada awal tahun ini.

Di sisi lain, saham Netflix akan terus berjuang meskipun di tengah ketidakpastian seputar konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang akan datang.  Dengan investor yang mengkhawatirkan pertumbuhan platform yang melambat dan tekanan yang meningkat dari para pesaing, saham tersebut telah turun lebih dari 40% sejauh ini pada tahun 2022.

Analis Wedbus Michael Pachter ikut buka suara mengenai saham Netflix.  Ia berpendapat bahwa saham tidak akan mungkin melonjak dalam jangka pendek.  “Keuntungan penggerak pertama Netflix dan basis pelanggan yang besar memberi perusahaan keunggulan kompetitif yang hampir tidak dapat diatasi dibandingkan rekan-rekan streaming-nya,” tulisnya dalam catatan yang ia unggah.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS