Mencicip Tiga Oleh-Oleh Terbaik Pilihan Blue Band

marketeers article

Usai melalui proses seleksi sejak pertengahan September lalu, Blue Band Master Oleh-Oleh 2017 pun sampai di tahap final penjurian. Dari 5.000 peserta, Blue Band memilih tiga peserta terbaik sebagai pemenang. Kali ini ketiga pemenang berasal dari daerah Yogyakarta, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Barat (Lombok). Seperti apa keunikan yang dibawa masing-masing oleh-oleh dari tiap daerah ini?

Antusiasme masyarakat dalam gelaran Blue Band Master Oleh-Oleh dikatakan Managing Director Unilever Food Solution PT Unilever Indonesia Thomas Agus Pamudji di Jakarta, Kamis (14/12/2017) meningkat lebih dari 50% dibanding tahun lalu. Proses penjurian pun kian ketat dan diserahkan kepada pihak di luar Blue Band.

“Proses penjurian diserahkan sepenuhnya kepada Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Fadjar Hutomo, Chef Rahmat Kusnedi selaku Pastry Chef dan President of Indonesian Pastry Alliance, dan Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI) sekaligus perwakilan dari Tim Chef UFS Vita Datau,” kata Thomas.

Poin penilaian pun dijelaskan Chef Rahmat mengacu pada standar nasional dan internasional yang berku. Pemilihan bahan lokal yang digunakan, teknik pengolahan, hingga kemasan oleh-oleh yang merepresentasikan identitas daerah tersebut menjadi indikator penentu.

Yang tak kalah penting, Vita menambahkan, kemampuan story telling akan local wisdom dari daerah yang diwakilkan menjadi penentu utama pemilihan pemenang dalam kompetisi ini.

Pia Karawo, Gorontalo

Toko Cafesera milik Ellyanti Phandeirot berhasil membawa menu oleh-oleh andalan Gorontalo, Pia Karawo menjadi juara pertama Blue Band Master Oleh-Oleh 2017. Terinspirasi dari kain tenun khas Gorontalo, perempuan yang akrab disapa Eli ini mencoba menenun di atas kue Pia.

“Ada unsur sandang, pangan, dan papan yang berikan pada Pia Karawo ini. Unsur sandang terwakili dengan hiasan motif Gorontalo di atas kue Pia Karawo, sementara filosofi unsur pangan terletak pada isi kelapa di dalam kue ini. Kemasan anyaman yang membungkus Pia Karawo ini menjadi filosofi unsur papan yang ingin saya sampaikan,” terang Eli.

Kemampuan Eli dalam menyampaikan story telling sekaligus mengangkat local wisdom Gorontalo dikatakan Vita menjadi alasan kuat yang mendasari kemenangan Eli.

“Ia berhasil mengangkat local wisdom Gorontalo dari segi bahan-bahan makanan khas lokal hingga kreasi tenun dan anyaman yang disampaikan dalam sebuah story telling menarik dalam kue Pia Karawo,” jelas Vita.

Roti Ontbijtkoek Gula Jawa, Yogyakarta

Toko Roti Djakarta milik Andreas Purwanto meraih juara ke-dua dalam kompetisi ini. Dengan menginovasikan resep turun-temurun dari Roti Ontbijtkoek, Andreas berupaya melestarikan cita rasa legendaris roti in.

“Toko Roti Jakarta telah berdiri sejak 1924 dengan Roti Ontbijtkoek sebagai andalan. Resep turun-temurun ini sebenarnya tidak menggunakan gula jawa, namun kami terinspirasi dari para petani gula Jawa dan kacang tanah ebagai bahan utama dalam pembuatan Roti Ontbijtkoek. Inovasi pun kami lakukan dengan upaya membantu para petani lokal di Yogyakarta,” ungkap Andreas.

Sorghum Cookies, Nusa Tenggara Barat

Dari Nusa Tenggara Barat, tepatnya di daerah Lombok, bisnis Sorghum Cookies Yant Healthy milik Nurrahmi Yanti berhasil menjadi juara ke-tiga dalam kompetisi ini. Dengan memanfaatkan tanaman sorghum tanpa limbah yang tersisa, Yanti berhasil membuat olahan pangan lokal sorghum asli Lombok yang memiliki daya simpan cukup lama. Dengan bermitra bersama petani sekitar, bisnis Sorghum Cookies Yant Healthy kian berkembang dan berhasil memberdayakan warga sekitar.

Dalam kompetisi tahun ini, Blue Band memberikan hadiah berupa plakat dan emas seberat 200 gr bagi Juara Pertama, 150 gr bagi Juara Kedua, dan 100 gr bagi Juara ketiga.

Editor: Sigit Kurniawan

Related