Hadir sejak 16 tahun lalu, siapa sangka jika Starbucks menorehkan sepak terjang yang menawan di industri ritel makanan dan minum. Gerai kopi asal Seattle ini menjadi kontributor utama bagi pendapatan divisi food & beverage PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP). Tak heran, Starbucks pun melenggang di bursa saham tanah air.
Di bawah PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MBA), Starbucks menjadi anak emas karena menyumbang 72% pendapatan perseroan selama tahun 2017. Pada tahun lalu, MBA membukukan pendapatan Rp 1,9 triliun. Artinya, sekitar Rp 1,4 triliun pendapatan disumbang dari kedai kopi Starbucks.
Sementara sisanya, disumbang dari segmen makanan, antara lain Pizza Marzano, Genki Sushi, Krispy Kreme dan Cold Stone sebesar Rp 400 miliar (23,2%), Sementara Rp 100 miliar (5,5%) disumbang dari segmen lain, yaitu gerai cokelat Godiva.
Burger King dan Paul bukan termasuk dalam MBA, meskipun masih bernaung di bawah MAP. Sementara Domino’s Pizza kini di bawah kendali private equity Everstone Capital sejak tahun 2014.
Laba kotor perusahaan mengalami kenaikan 16,4% dibandingkan tahun 2016 lalu, meningkat dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 1,3 triliun. Adapun marjin laba kotor perusahaan tahun lalu adalah 72,3%.
Kinerja Starbucks yang cemerlang membuat perseroan memasang target ekspansi gerai Starbucks lebih banyak lagi. Tahun ini, perusahaan menargetkan dapat membuka 70 gerai baru, di mana 60 gerai diperuntukkan bagi Starbucks. Demi mendukung aksi tersebut, perusahaan menggelontorkan capex (capital expenditure) sebesar Rp 250 miliar.
Target 70 gerai tahun ini hampir sama dengan target pembukaan gerai tahun lalu. Tak heran beban usaha perusahaan membengkak 19,2% pada tahun lalu menjadi Rp 1,2 triliun. Kenaikan beban usaha berasal dari jasa manajemen, kenaikan beban gaji, sewa gerai, royalti dan utilitas listrik.
Secara total, MBA telah mengoperasikan sebanyak 394 gerai hingga sembilan bulan pertama 2017. Dari angka tersebut, sebanyak 331 gerai tercatat gerai dimiliki Starbucks, 22 gerai milik Krispy Kreme Doughnut, 18 gerai Pizza Marzano, 21 gerai Cold Stone serta 2 gerai Godiva.
Tak ayal, laba usaha perusahaan sempat turun tipis 1,3% pada tahun lalu yang sebesar Rp 154 miliar. Sementara, perusahaan membukukan laba bersih tahun fiskal 2017 sebesar Rp 94,4 miliar atau turun 18,5% dibandingkan tahun 2016.
Direktur Utama MBA Anthony Cottan mengatakan, beberapa hal seperti depresiasi rupiah terhadap dollar AS, penurunan sebagian daya beli masyarakat terhadap pasar ritel menjadi alasan laba bersih perusahaan turun. Namun, gejolak perbaikan mulai terlihat sejak kuartal empat 2017.
“Kami memberikan beberapa penawaran khusus sejak kuartal empat untuk mem-boosting pendapatan perusahaan, salah satunya dari Starbucks,” kata dia yang juga menjadi Direktur PT Sari Coffeee Indonesia, pengelola kedai belogo siren itu.
Anthony mengatakan, tahun ini perusahaan menambah wilayah ekspansi di kota baru, antara lain Samarinda dan Jambi. Di sisi lain, mereka juga fokus pada pasar yang sudah ada dengan menambah jumlah gerai, seperti di Semarang, Surabaya, dan Medan.
“Pertumbuhan bisnis kami di sana bisa mencapai 15% per tahun. Kami akan lebih dekat dengan konsumen di tiga kawasan itu,” papar Anthony.
Editor: Sigit Kurniawan