Mendengar Kabar Buruk dari Orang Terkasih Bisa Picu Sindrom Patah Hati

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Hampir semua orang yang pernah mendengar kabar buruk dari orang terkasih akan mengalami perasaan sedih dan kecewa. Faktanya, hal tersebut dalam beberapa kasus bahkan dapat memicu kondisi serius yang dikenal sebagai broken-heart syndrome alias sindrom patah hati.

Harvard Health Publishing mendefinisikan sindrom patah hati sebagai kondisi jantung sementara yang dipicu stres emosional atau fisik yang intens. Kondisi ini juga dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo, yang mana berasal dari bahasa Jepang yang merujuk pada perangkap gurita. 

Dinamakan takotsubo karena perangkap gurita yang dimaksud bentuknya mirip dengan ventrikel kiri jantung yang melemah dan menggembung pada sindrom patah hati. Kondisi ini pertama kali diidentifikasi di Jepang pada 1990, dan sejak itu telah menjadi subjek penelitian intensif di seluruh dunia.

BACA JUGA: Vokalis The Changcuters Pingsan saat Manggung, Apa Penyebabnya?

Bagaimana Kabar Buruk Menyebabkan Sindrom Patah Hati?

Ketika seseorang mendengar kabar buruk dari orang yang mereka kasihi, tubuh mereka dapat bereaksi dengan cara yang sangat kuat. Kabar buruk yang mengejutkan atau mengganggu itu kemudian akan memicu lonjakan hormon stres, seperti adrenalin.

Hal itu dapat memengaruhi fungsi jantung. Adrenalin yang berlebihan bahkan bisa ‘membanjiri’ jantung, sehingga menyebabkan ventrikel kiri jantung, yang bertanggung jawab untuk memompa darah, melemah dan menggembung hingga jantung tidak dapat berfungsi dengan normal.

Beberapa contoh kabar buruk yang dapat memicu sindrom patah hati, yaitu kehilangan mendadak, diagnosis penyakit parah, berita tentang kondisi kesehatan yang memburuk, serta mengalami pengkhianatan atau perpisahan.

Selain faktor yang berkaitan dengan emosional, kardiomiopati takotsubo juga bisa disebabkan oleh penurunan tekanan darah secara mendadak dan serangan asma. Ini karena kesulitan bernapas yang mendadak dan parah bisa memicu respons stres berlebihan.

BACA JUGA: Jangan Disepelekan, Kesemutan Bisa Jadi Pertanda 5 Gangguan Ini

Gejala dan Pencegahan

Gejala broken-heart syndrome umumnya mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada yang hebat, sesak napas, dan rasa berat di dada. Bedanya, sindrom ini bukan disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, melainkan sebagai respons jantung terhadap stres yang ekstrem.

Meski gejalanya menakutkan, sebagian besar orang yang mengalami sindrom patah hati pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan tanpa kerusakan jangka panjang pada jantung. 

Namun, penting untuk segera mencari bantuan medis jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini setelah menerima kabar buruk. Salah satu langkah penting untuk mencegahnya adalah dengan mengelola stres secara efektif. 

Berbagai teknik relaksasi, seperti meditasi atau yoga, dapat membantu mengurangi dampak stres pada tubuh. Penting juga untuk memiliki dukungan sosial yang kuat, sehingga ketika kabar buruk datang, Anda tidak menghadapinya sendirian.

Selain itu, bagi mereka yang telah mengalami sindrom tersebut sebelumnya, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti beta blocker guna membantu mengurangi efek hormon stres pada jantung dan mencegah kondisi ini berulang.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS