Di dalam perusahaan atau organisasi, divisi marketing dan divisi finance memiliki fungsi masing-masing. Sederhananya, divisi marketing berfungsi menggunakan budget untuk meningkatkan performa penjualan sedangkan divisi finance mendorong performa lewat efisiensi.
Dua kutub yang berbeda ini rupanya kerap menjadi dikotomi yang menghambat pertumbuhan organisasi hingga menjadi bahasan yang diangkat oleh The 11th Jakarta Marketing Week 2023 di sesi Converging Dichotomies.
CEO of Vorta Beauty Clinic Christy Chang mengatakan, kedua divisi itu memiliki goals yang sama yakni mendorong performa persuahaan sehingga marketing dan finance harus melakukan sinergi secara optimal.
“Kedua divisi itu harus duduk bersama dan melakukan komunikasi dengan bahasa yang sama,” kata Christy Chang dalam event yang digelar di Grand Atrium Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (15/6/2023) tersebut.
Ia menekankan, divisi finance atau keuangan memang dituntut untuk berorientasi pada efisensi. Tapi, bukan berarti divisi itu harus pelit tapi harus bijak dalam mengalokasikan budget secara efektif dan tepat sasaran.
BACA JUGA: Belajar Pemasaran lewat Adzan di Jakarta Marketing Week 2023
Dengan begitu, kedua divisi bisa berjalan beriringan. Vorta sendiri menerapkan hal itu dan menyebutnya sebagai strategi hybrid marketing.
Lewat strategi itu, maka setiap strategi pemasaran yang dilakukan harus didasari oleh data. Sebab itu, tim marketing selalu dibekali dengan informasi dari margin atas suatu produk yang dipasarkan, jangan hanya tau harga jualnya saja.
“Dengan begitu, kami bisa menawarkan produk yang paling menarik tapi juga paling menguntungkan. Kami menyebutnya sebagai produk market-fit,” kata dia.
Paparan ini pun sejalan dengan konsep “Entrepreneurial Marketing” atau EM yang telah dituangkan lewat buku yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Hooi Den Huan, dan Jacky Mussry.
BACA JUGA: Tumbuh di Era Post Normal Lewat Strategi Entrepreneurial Marketing
Jacky Mussry sempat mengatakan, dalam EM, seorang pemasar perlu untuk mendalami data terkait laporan keuangan suatu perusahaan. Mengingat, kerap kali divisi marketing dan divisi finance tak bisa berjalan beriringan sehingga menggangu pencapaian goals.
“Itulah mengapa kami menawarkan gagasan EM yang sangat pas untuk diterapkan di era post normal. Karena enterpreneurship di sini bukan soal bisnis tapi soal mindset yang lebih adaptif,” kata Jacky Mussry yang menjabat sebagai Deputy Chairman dan CEO MarkPlus tersebut.
Artinya, tenaga pemasar perlu mengetahui beragam indikator finance seperti return on asset, return on investmen serta return on equity. Sehingga, setiap strategi marketing yang diajukan juga merujuk pada sejumlah indikator itu agar divisi finance bisa lebih rela untuk menggelontorkan dana.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz