Masa sulit masih menyelimuti dunia bisnis di seluruh dunia. Pandemi COVID-19 yang memaksa kita hidup berdampingan virus, membuat kita harus berjuang dan memiliki perencanaan yang baik, tak terkecuali bagi brand.
Ketimbang memiliki pandangan “jalanin saja dulu”, “let it flow”, atau “lihat nanti”, memiliki perencanaan jangka panjang dinilai lebih bijak bagi para pemilik brand. Hal ini disampaikan oleh Nadya Ardianti, Chief Client Officer Kantar Indonesia di atas panggung ICON 2022 Jakarta pada Kamis (6/10/2022).
“Perubahan perilaku dan kebiasaan konsumen bergerak secara konstan selama pandemi. Bisa dibilang, COVID-19 adalah katalis dari berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia. Meski begitu, ada perubahan yang fundamental dan jangka panjang yang terjadi di sini,” ujar Nadya.
Nadya menambahkan, kenormalan baru telah mendorong konsumen dan para brand untuk menemukan jalan baru untuk beradaptasi.
Perubahan ini juga terjadi di lanskap pemasaran dan persaingan antarmerek di Indonesia. Kantar Indonesia melihat, banyak sekali merek pendatang baru yang berhasil menggoyang posisi market leader dengan membawa diferensiasinya.
Sebut saja, Teh Pucuk Harum yang mengganggu pasar dari Teh Botol Sosro, Le Minerale yang membuat Aqua ketar-ketir, atau Somethinc yang membuat banyak produk skincare global memasang sinyal darurat di pasar Indonesia.
“Menariknya, riset Kantar tahun 2020 menemukan bahwa kebanyakan konsumen Indonesia kini tidak lagi terpikat oleh merek besar dan terkenal saja,” ungkap Nadya.
Di sisi lain, para merek kecil kini kian mudah untuk membangun brand awareness dan meluncurkan produknya secara massif. Riset juga menemukan bahwa kini merek kecil bukan berarti murahan.
Untuk itu, penting bagi para pemilik untuk memperkuat spesialisasi dan keunikannya. Hal ini berlaku juga untuk merek yang sudah punya nama besar.
“Normal is overrated and gets us nowhere. Kini sudah saatnya brand berpikir abnormal,” tutup Nadya.
