Pusat belanja atau mal disebut-sebut akan mengalami masa sulit setelah ekspansi besar-besaran pemain e-commerce di Indonesia. banyak peritel yang gulung tikar dan memilih mengembangkan platform penjualan daring ketimbang mesti membayar sewa untuk toko fisik. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat pusat belanja tak bisa digantikan oleh online.
“Yaitu experience. Sebab, membeli pengalaman tidak bisa lewat belanja online. Melainkan hal itu paling memungkinkan terjadi di pusat belanja fisik,” papar Alphonzus Widjaja, CEO Retail & Hospitality Sinarmas Land di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Alphonz yang didaulat sebagai orang nomor satu mengembangkan bisnis properti pusat belanja milik Sinarmas Land mengungkapkan, keberadaan situs belanja daring tidak serta-merta akan langsung mematikan mal. Justru, pusat belanja yang akan tetap bertahan adalah mereka yang mengutamakan customer experience dalam titik sentuh penjualan.
Pria pelontos ini menjelaskan, yang dimaksud dengan experience di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman gaya hidup. Itu bisa dilakukan dalam bagaimana cara konsumen menyantap makanan selama berada di mal, serta menikmati ragam hiburan yang disajikan.
“Restoran hampir di tiap mal sama. Pemainya itu-itu saja. Namun, bagaimana orang yang menikmati restoran di mal itu merasa memiliki pengalaman berbeda dengan yang ada di mal kompetitor,” terang dia.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa experience bisa dibangun dari ambience atau atmosfir yang dibangun oleh pengelola mal di setiap tenan mereka. Ia mencontohkan, atmosfir Sushi Tei di salah satu malnya The Breeze yang berkonsep rumah kayu, memberikan experience yang berbeda jika menyantap sushi itu di lokasi lain.
“Itu yang tengah kami kembangkan di mal-mal kami. Termasuk di mal yang akan kami bangun yaitu Living World Cibubur hasil joint venture Sinarmas Land dengan Kawan Lama Group,” papar pria yang pernah menyabet gelar Marketeers of The Year kategori ritel ini.
Experience lainnya juga bisa dibangun lewat berbagai hiburan yang akan disajikan. Mal harus bisa memetakan siapa pengunjung yang datang, lalu buatlah hiburan yang sesuai dengan market tersebut.
Misalnya, jika mal tersebut cenderung menjadi destinasi para ibu rumah tangga, maka event bertema keluarga akan menyedot perhatian mereka. Hal ini yang akan menciptakan loyalitas pelanggan sekaligus meningkatkan trafik kunjungan.
“Tren global malah online saat ini sedang berlomba membuat jaringan offline. Ini dilakukan oleh Amazon dan Alibaba, raksasa penjualan online,” kata dia.
ia melanjutkan, “Justru, kehadiran mereka di dunia offline membuktikan bahwa pusat belanja membutuhkan experience untuk bertahan. Mereka membuat experience lewat teknologi di mana belanja tak perlu lagi membawa uang fisik,” ceritanya.
Editor: Sigit Kurniawan