Mengapa Operator Telko Harus Optimistis di Tengah Perlambatan Ekonomi?

marketeers article

Melewati kuartal pertama tahun 2015 ini, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) melihat industri telekomunikasi masih bisa terus berkembang. Meskipun ada peningkatan dalam penggunaan data, ATSI melihat tren yang hampir sama terjadi seperti tahun sebelumnya, yaitu penurunan penggunaan suara dan teks.

Berdasarkan data dari semua anggota ATSI, tren penggunaan suara dan teks menurun hingga di angka 5%−10%. Untungnya, meski pengguna suara dan teks turun, penggunaan data malah berkembang sangat pesat. 

“Tahun lalu, pengguna data naik hingga 50%. Berdasarkan kinerja rata-rata semua operator, pertumbuhan pengguna data pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 30%. Untuk revenue, masing-masing operator bervariasi, ada yang flat dan yang meningkat,” ujar Alexander Rusli, Ketua Umum ATSI yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Indosat kepada Marketeers.

Seperti beberapa industri lain, industri telekomunikasi pun terkena dampak ekonomi dunia. Memang, di kuartal pertama lalu, pengaruhnya sedikit saja atau tidak terlalu berdampak besar. Namun, apabila keadaan ekonomi tetap sulit, biasanya konsumen Indonesia yang 99% adalah pengguna prepaid akan melakukan beberapa antisipasi.Soal ini, pemain tetap harus optimitis mengingat banyaknya peluang.

Ia mengatakan, antisipasi konsumen bisa dengan cara mengisi ulang pulsa dengan nominal yang lebih kecil. Bahkan, konsumen bisa mengurangi pemakaian pulsa. Sementara itu, antisipasi juga dilakukan oleh pelaku industri telko. “Pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan beberapa hal, di antaranya melakukan pemangkasan biaya, lebih berhemat, dan harus memilih investasi lanjutan. Namun, ATSI optimistis keadaan akan membaik pada kuartal selanjutnya,” paparnya.

Optimisme ATSI ini layak didukung. Mengingat kebutuhan komunikasi melalui perangkat mobile trennya selalu naik dan cenderung stabil seperti halnya kebutuhan akan makanan dan minuman. Apalagi kebutuhan ini didukung dengan semakin murahnya ponsel pintar. Kebutuhan untuk terkoneksi saat ini sudah menjadi kebutuhan utama. Ada benarnya, opini yang menyatakan bahwa saat ini ungkapan “mangan ora mangan sing penting kumpul” tidak berlaku lagi dan diganti dengan “mangan ora mangan sing penting connect” – makan tidak makan yang penting terhubung via ponsel.

Bahkan, tren Android One – ponsel pintar murah dengan Operational System terbaru besutan Google – harusnya semakin menambah optimisme tersebut. Murah dengan sistem operasi bercita rasa premium tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Pasar ponsel pintar low-end ini pun disambut secara bergairah. Paling tidak, hal ini nampak dari ramainya pre-order ketika ponsel tersebut akan diluncurkan. 

Related