Berdasarkan hasil riset Tetra Pak Index 2018 yang diadakan di lima negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Saudi Arabia, Korea Selatan, dan China, memberikan gambaran mengenai peluang unik untuk meningkatkan belanja pangan secara daring.
China adalah negara dengan pertumbuhan e-grocery paling tinggi, bahkan mengungguli negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Ini terjadi karena China tidak memiliki “warisan” masa lalu seperti negara Barat di mana sistem ritel dibangun oleh perusahaan-perusahaan besar. Di China, mereka tidak punya warisan jaringan ritel besar yang bakal terdisrupsi oleh teknologi.
Salah satu alasan mengapa belanja pangan secara online di China meningkat karena sebagian besar masih dilakukan untuk persediaan. Akan tetapi, akibat pengiriman yang lebih cepat, alasan itu dapat bergeser menjadi kenyamanan belanja. Sedikit-sedikit, hal tersebut dapat memengaruhi dunia perdagangan offline.
Riset itu juga menyebut bahwa kemasan punya andil dalam memberikan peluang unik dalam mendongkrak e-grocery. Kemasan karton ringan misalnya, berperan mengurangi biaya dan jejak karbon. Para e-retailer di China mengaku kemasan hemat ruang mampu mengurangi volume transportasi hingga 30%-50%.
“Tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan, juga bagi konsumen dalam meletakkan produk itu di rumah. Apalagi, semakin tahun, ukuran rumah akan semakin minimalis,” papar Gabrielle Angriani, Communication Manager of Tetra Pak Indonesia.
Dari segi rantai pasok, perkembangan teknologi seperti operator data, RFID, kode QR, blockchain dan robotika akan meningkatkan efisiensi dan transparansi perdagangan online. Untuk itu, pedagang tradisional perlu berinvestasi untuk tetap kompetitif. “Kunci sukses dalam e-commerce terletak pada penguasaan logistik dan rantai pasokan,” ujarnya.
Oleh karena itu, pengemasan pintar (smart packaging) memiliki peran kunci untuk dimainkan, baik dalam rantai pasokan digital maupun pengalaman konsumen. Hal ini, sambung Gabrielle, menciptakan kanal tatap muka yang interaktif dengan para konsumen dan memberikan peluang pemasaran komunikasi serta pengambilan data yang sama. Ini telah dilakukan di perusahaan kemasan di China.
Editor: Eko Adiwaluyo