Ilmu behavioural science menjadi salah satu ilmu yang sedang booming untuk diterapkan di dunia bisnis, terutama dari segi pemasaran. Beberapa ilmuwan behavioural science negara di Eropa dan Amerika bahkan sudah ada yang mendapat penghargaan Nobel di bidang ekonomi.
Hal tersebut diamini oleh salah satu praktisi behavioural science di Indonesia, yakni Ignatius Untung. Penggunaan behavioural science terbukti mampu meningkatkan performa bisnis mulai dari sisi pemasaran hingga penjualan.
Secara definisi, behavioural science adalah cabang ilmu (seperti psikologi, sosiologi, atau antropologi) yang terutama berhubungan dengan tindakan manusia dan sering berusaha untuk menggeneralisasi tentang perilaku manusia dalam masyarakat, seperti dikutip dari Merriam-Webster.
Di dalam sebuah perusahaan, pemasaran atau marketing memiliki cabang yang luas mulai dari yang bersifat analitikal, teknikal, hingga cabang-cabang yang sulit dianalisis menggunakan logika seperti art directing, content marketing, dan bagian kreatif lainnya. Namun kembali lagi, marketing berfokus kepada konsumen.
“Karena memang marketing adalah tentang konsumen,” kata Ignatius Untung dalam video Market Think di saluran YouTube Marketeers.
Secara sederhana, pendekatan behavioural science mempelajari bagaimana perilaku konsumen, membuat prediksi bagaimana perilaku konsumen nantinya, kemudian data tersebut digunakan sebagai acuan untuk keputusan bisnis.
Salah satu hal yang diungkapkan oleh pria yang disapa Untung tersebut adalah perdebatan klasik di dunia pemasaran seperti market versus product. Keduanya penting, namun pada suatu kasus, perusahaan terkadang harus memilih untuk fokus ke salah satu dari dua hal tersebut.
Contohnya, ketika perusahaan memiliki produk yang sudah baik, terkenal, dan berencana untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Strategi yang pada umumnya dilakukan adalah membawa orang yang mengerti tentang produk ke negara tujuan ekspansi, atau mempekerjakan orang lokal di negara tujuan ekspansi karena sudah memiliki pengetahuan tentang market di sana.
“Kalau saya pilih mempekerjakan orang lokal. Karena kalau marketing kembali lagi soal mengerti konsumen bagaimana dan lain sebagainya. Kalau bicara tentang produk, produk itu penting. Tapi pengetahuan tentang produk bisa dipelajari,” katanya.
Pengetahuan tentang produk sejatinya dapat dilakukan oleh perusahaan kepada karyawannya melalui pelatihan. Pelatihan yang dilakukan dengan intensif tentu akan mempercepat proses pengetahuan karyawan mulai dari keunggulan, kekurangan, hingga kompetisi yang terjadi dengan produk lain. Inilah mengapa dengan mengerti behavioural science, ada pendekatan yang lebih efisien yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengakuisisi konsumen.
“Sementara kalau kita belajar tentang konsumen, belajar tentang manusia, diberi dua sampai tiga tahun pun, belum tentu bisa. Memang penting sekali untuk mengerti konsumen dalam berbisnis,” lanjutnya.
Ilmu behavioural science tidak sekadar membahas bagaimana membangun produk dan mengerti apa yang diinginkan konsumen, namun juga bagaimana membangun image atau citra merek di mata dan pikiran konsumen.
Selengkapnya, dapat dilihat di video berikut: