Sampah plastik merupakan salah satu persoalan lingkungan yang masih menjadi pekerjaaan besar bagi Indonesia. Karenanya, perlu beragam cara untuk mengatasinya, salah satunya dengan penerapan teknologi radiasi.
Tita Puspitasari, Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, teknologi radiasi sendiri merupakan bagian dari teknologi nuklir yang bisa diterapkan dalam proses daur ulang atau recycling sampah plastik. Ia menekankan, recycling dengan teknik radiasi nuklir dapat mengolah sampah plastik menjadi suatu produk industri.
“Proses recycling ada bermacam-macam, ada primer recycling, misalnya produk yang masih di dalam pabrik yaitu produk yang gagal bisa diproses lagi karena plastik sifatnya bisa dibentuk kembali. Kemudian ada secondary recycling, yaitu plastik yang sudah dipakai masyarakat, sudah dibuang sebagai sampah, kemudian ada yang dikumpulkan dan dibersihkan sehingga sampah sudah terklasifikasi sehingga bisa diproses kembali,” kata Tita Puspitasari dikutip dari website BRIN, Kamis (15/2/2024).
BACA JUGA: Sudah Amankah Mata Anda dari Radiasi Sinar Biru Smartphone?
Teknologi radiasi dapat digunakan pada secondary recycling dengan target plastik sekali pakai. Plastik tersebut akan diproses dan dibentuk kembali sehingga bisa menjadi produk yang lebih long lasting.
Teknologi radiasi dapat berperan dalam mengolah sampah plastik dan bisa dicampur dengan sampah biomassa, misalnya serbuk gergaji, serbuk kayu, atau bahkan tandan kosong kelapa sawit. Kemudian dicampur menjadi wood plastic composite.
Menurutnya, wood plastic composite sendiri merupakan material konstruksi masa kini yang secara visual terlihat seperti kayu namun memiliki ketahanan yang tidak dimiliki kayu.
“Dalam hal ini teknologi radiasi bisa membuat compatibilizer-nya untuk menyatukan atau sebagai perekat antara kayu dan plastik, kemudian bisa memperkuat final produk sehingga semakin melekat dan kekuatan mekaniknya meningkat,” ujarnya.
Soal tumpukan sampah plastik, hingga saat ini, masih banyak sampah plastik yang ditemukan menumpuk di beragam tempat pembuangan. Net Zero Waste Management Consortium pun mengungkap sejumlah merek dengan volume sampah plastik terbanyak.
Laporan ini diharapkan mampu mendorong agar merek melakukan langkah yang lebih agresif dalam menekan jumlah sampah tersebut. Ahmad Syafrudin, Ketua Tim Peneliti Net Zero Waste Management Consortium mengatakan, laporan ini disusun lewat audit sampah yang menumpuk di enam kota di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya dan Medan, Makassar, Samarinda dan Bali.
BACA JUGA: Pertamina dan Hitachi Kembangkan Teknologi Konversi Energi
“Pada kategori sampah kemasan botol plastik, riset menyebut Sprite, Fanta dan Aqua sebagai tiga brand minuman yang sampah botolnya mendominasi pembuangan akhir sampah,” kata Ahmad Syafrudin dalam keterangan pers kepada Marketeers.
Riset itu mengungkap bahwa sampah dari sejumlah merek itu ditemukan dalam volume yang besar di sejumlah titik baik di bak/tong sampah, tempat pembuangan sementara (TPS), truk sampah, tempat pembuangan akhir (TPA), badan-badan air, tanah kosong, tepi jalan hingga di pesisir laut.
Menurutnya, dari total 1.930.495 buah sampah plastik yang berhasil diidentifikasi di enam kota, sampah botol Sprite berkontribusi sebanyak 30.171 buah, Fanta 23.654 buah dan botol Aqua 19.684 buah. Dua brand lainnya yang menempati peringkat ke-empat dan ke-lima adalah sampah botol Club (16.727 buah) dan sampah botol Coca Cola (11.357 buah).
Editor: Ranto Rajagukguk