Atlet senam asal Indonesia, Rifda Irfanaluthfi, telah merampungkan penampilannya di Olimpiade Paris 2024. Ia tampil pada nomor all-around sambil menahan rasa sakit akibat cedera ACL yang dialaminya.
Cedera ini membuat Rifda kesulitan menampilkan aksinya dengan prima. Pesenam berusia 24 tahun itu bahkan harus dibantu oleh pelatihnya, Eva Novalina, saat naik dan mendarat di palang bertingkat.
Dalam sebuah keterangan resmi, sang atlet mengaku sengaja menunda operasi ACL agar bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Pasalnya, Rifda memang merupakan pesenam asal Indonesia pertama yang lolos ke ajang olahraga bergengsi tersebut.
BACA JUGA: Belajar dari Kasus Zhang Zhi Jie, Apa Penyebab Meninggal saat Olahraga?
Lantas, sebenarnya apa itu cedera ACL? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari Halodoc:
Cedera Kaki yang Sering Dialami Atlet
Cedera anterior cruciate ligament (ACL) terjadi ketika ada robekan atau kerusakan pada ligamen lutut anterior. Ini sering kali dialami oleh atlet yang melakukan gerakan secara tiba-tiba, benturan keras, hingga pendaratan yang kurang baik setelah meloncat.
Mereka yang rentan mengalami cedera ini biasanya berpartisipasi dalam olahraga seperti sepak bola, bola basket, voli, atau senam. Kondisi tersebut juga cenderung dialami perempuan, sebab mereka memiliki perbedaan anatomi dan kekuatan otot dengan laki-laki.
Setelah mengalami benturan pada lutut, seorang atlet biasanya akan merasakan nyeri hebat di bagian lutut. Hal ini kemudian membuat bagian tubuh tersebut bengkak, sulit digerakkan dan diregangkan, bahkan pengidapnya jadi sulit berjalan.
BACA JUGA: Mengenal Stiff Person Syndrome yang Diidap Celine Dion
Adapun metode pengobatannya ditentukan berdasarkan derajat cedera ACL dan aktivitas fisik harian dari penderita. Untuk cedera ringan, biasanya dokter akan menyarankan penggunaan penyangga lutut, fisioterapi, dan konsumsi obat-obatan pereda nyeri.
Sementara itu, untuk cedera ACL sedang hingga berat, diperlukan operasi. Tindakan ini disarankan terutama kepada pasien yang berprofesi sebagai atlet, memiliki lebih dari 1 ligamen atau tulang rawan yang robek, dan tidak dapat beraktivitas karena lutut yang lemas.
Tindakan bedah biasanya baru dilakukan dalam rentang waktu lima bulan setelah pasien mengalami cedera untuk mengurangi risiko terjadinya jaringan parut pada sendi lutut. Selama menanti jadwal operasi, pasien akan disarankan untuk menjalani fisioterapi guna menguatkan otot-otot paha depan dan belakang.
Editor: Ranto Rajagukguk