Pernahkan Anda merasa situasi yang sedang dialami di kehidupan nyata saat ini pernah terjadi sebelumnya dalam mimpi? Fenomena itu disebut sebagai deja reve, sebuah pengalaman yang memunculkan perasaan familier akan suatu peristiwa.
Melansir Verywell Mind, deja reve memang terasa mirip dengan deja vu. Ini karena keduanya sama-sama memberikan rasa familier terhadap suatu kejadian, tapi Anda tidak bisa benar-benar mengingatnya.
Namun, ada perbedaan yang jelas antara deja reve dan deja vu. Alih-alih merasa seperti pernah mengalami sesuatu sebelumnya padahal Anda tahu faktanya tidak demikian, deja reve justru membuat Anda merasa seolah-olah pernah memimpikan sesuatu sebelumnya.
BACA JUGA: Viral Karyawan Meninggal Diduga akibat Kelelahan Kerja, Kenali Bahayanya
Salah satu contoh dari fenomena ini adalah ketika Anda berada di sebuah pesta dan seseorang yang belum pernah Anda temui memperkenalkan diri. Anda merasa yakin bahwa Anda pernah bertemu orang ini dalam situasi yang sama sebelumnya, padahal itu mustahil.
Penyebab dan Cara Mengatasi Deja Reve
Seorang ahli neurologi gangguan gerakan dan asisten profesor klinis neurologi di Vanderbilt University, Britt Stone, menjelaskan bahwa deja reve biasanya terjadi pada orang yang lebih muda.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa orang dengan epilepsi sering melaporkan mengalami deja reve. Selain itu, kelelahan juga bisa memicu fenomena tersebut.
BACA JUGA: Malas Mandi Bisa Jadi Indikasi Depresi, Benarkah?
Ketika bertanya apakah deja reve bisa menjadi indikator kondisi lain, Stone menjelaskan, “Fenomena ini bisa dikaitkan dengan gangguan kejang, tetapi juga bisa terjadi sebagai kejadian yang terisolasi dan tidak selalu perlu dikhawatirkan.”
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Frontiers Journal (2018) memang menemukan bahwa beberapa orang bisa mengalami deja reve selama kejang. Namun, ini tidak berarti bahwa deja reve selalu menjadi indikator langsung dari epilepsi.
Dengan kata lain, deja reve bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Meski terasa mistis dan tidak biasa, ini merupakan pengalaman yang cukup umum.
Jika Anda sesekali mengalaminya tanpa mengganggu aktivitas, Anda bisa mencatat mimpi dalam jurnal atau mendiskusikannya dengan terapis.
Editor: Ranto Rajagukguk