Mengenal Enam Persona Baru di Masa Krisis

marketeers article
Social distancing, People keeping distance for infection risk and disease prevention measures, Avoid the spread of coronavirus or covid-19, Keep distance in public society while traveling concept

Kehadiran pandemi COVID-19 memaksa konsumen untuk beradaptasi dan mengubah gaya hidup mereka dengan cepat. Habit baru pun terbentuk, dan tak dipungkiri akan membentuk The New Normal. Brand pun perlu mengenal karakteristik dan perilaku baru para konsumen di tengah situasi ini.

Perusahaan data dan Artificial Intelligence (AI), ADA menganalisis lebih dari 400 ribu aplikasi di Asia dan satu juta lokasi yang biasa dikunjungi individu selama pandemi berlangsung untuk mengidentifikasi berbagai karakter berdasarkan reaksi mereka terhadap krisis. ADA menemukan, terdapat enam crisis persona baru yang muncul di Indonesia.

Persona pertama yang diidentifikasi ADA adalah the Adaptive Shopper (870 ribu). Persona ini merujuk pada mereka yang beradaptasi dengan dunia yang baru, dan mencari cara baru untuk memenuhi kebutuhan.

Sejak physical distancing diterapkan, penggunaan aplikasi belanja oleh the Adaptive Shopper meningkat hingga 300%. ADA memprediksi, aplikasi belanja yang banyak digunakan adalah aplikasi pemenuh kebutuhan sehari-hari.

“Ini menjadi opportunity bagi brand karena ketika konsumen melakukan shopping melalui Apps, mereka mungkin belum mengetahui produk apa yang bagus untuk mereka. Ini adalah kesempatan bagi brand untuk membantu konsumen mengakses produk mereka,” terang Faradi Bachri, Agency Country Director ADA in Indonesia di Jakarta, Kamis (30/05/2020).

Persona berikutnya adalah the Brave One. Terdapat dua juta orang yang terpotret ke dalam persona ini. Mereka adalah para pekerja yang berada di garis terdepan, dan tetap bekerja untuk melayani masyarakat.

Secara mobilitas, tidak ada yang berubah dari konsumen ini. Demikian pula dengan penggunaan aplikasi tidak sebesar persona lain.

Selanjutnya, terdapat persona the Market Observer. Sebanyak 130 ribu memantau kondisi saham dan mata uang untuk melihat implikasi finansial atau peluang pasar di tengah kondisi pandemi.

Sementara, 13,3 juta orang terindentifikasi ke dalam persona the Bored Homebody. Mereka bosan di rumah, dan banyak menghabiskan waktu untuk mencari hiburan dengan bermain games atau menonton.

“Banyak orang yang memutuskan untuk stay at home melakukan berbagai aktivitas hiburan. Peningkatan pencarian hobi, seperti bercocok tanam, Vespa, dan Puzzle juga meningkat. Ini menjadi potensi besar bagi brand yang ebrgerak di bidang entertainment untuk mengambil pasar ini,” papar Faradi.

Sebanyak 130 ribu orang teridentifikasi ke dalam persona the Health Nut. Mereka mulai menempatkan kesehatan sebagai prioritas utama. Penggunaan aplikasi kesehatan pun dipilih untuk memantau kondisi fisik dan mental mereka.

Persona terakhir adalah the Yearning Traveller (125 ribu). Meski industri ini tergolong ke dalam industri yang paling terdampak COVID-19, namun ADA menemukan, penggunaan travel apps hingga 23 Maret masih tinggi. Para pengguna travel apps tersebut masih melakukan search ke berbagai destinasi.

Pelaku bisnis travel dapat memotret potential customer ini untuk menjadikan mereka sebagai target pemasaran pertama ketika pandemi ini berakhir.

“Setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda terhadap keadaan baru selama pandemi ini. Beberapa orang secara drastis meningkatkan penggunaan aplikasi keuangan mereka, ada yang semakin giat menggunakan aplikasi hiburan ketika berada di rumah. Beberapa terus bepergian ke tempat kerja dan tidak mengubah perilaku online karena tidak semua bisnis berhenti beroperasi, terutama industri-industri vital,” tutup Kirill Mankovski, Managing Director ADA in Indonesia.

Related