Mengenal Gagasan Universal Paus Fransiskus Soal Kemanusiaan dan Kelestarian Bumi

marketeers article
Foto: Hasanuddin Ali (edited by Marketeers)

Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin tertinggi umat Katolik, melainkan juga tokoh dunia berpengaruh dan disegani. Banyak gagasan dan seruannya tidak hanya berlaku untuk umat Katolik saja, tetapi juga untuk seluruh umat di dunia. Kenapa? Karena Paus pertama asal Amerika Latin ini menyerukan gagasan-gagasan universal, seperti perdamaian dunia, persaudaraan, kemanusiaan, hingga kelestarian bumi.

Selama dekade terakhir, isu tentang krisis kemanusiaan dan krisis ekologi sudah menjadi bahasan global – baik di kalangan pemimpin-pemimpin negara maupun pemimpin bisnis. Paling kentara ini dirumuskan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang dirintis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. SDGs ini memiliki 17 tujuan yang sudah disepakati oleh 190 negara. Tujuan-tujuan tersebut dirangkum dalam lima pilar, yakni People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership. Dan, salah satu sosok yang selama ini paling lantang menyerukan nilai-nilai tersebut adalah Paus Fransiskus. 

Misi kemanusiaan dan persaudaraan inilah yang juga akan dibawa oleh Paus Fransiskus dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Hal ini dipertegas oleh Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam konferensi pers menjelang kunjungan Paus Fransiskus di Kantor KWI, Jakarta, 29 Agustus lalu. Bunjamin mengharapkan kunjungan Fransiskus mampu menjadikan Indonesia sebagai agen persaudaraan kemanusiaan di Asia. Ini sesuai dengan tema kunjungan apostolik kali ini, yakni Faith, Fraternity, Compassion – Iman, Persaudaraan, Bela Rasa. 

Pers Konferensi Paus Fransiskus
Konferensi Pers menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Sumber Foto: Dokumen Komsos KWI/Mirifica

Sementara itu, Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan bahwa kehadiran fisik Fransiskus di Indonesia sangat penting. “Namun, yang juga tidak kalah penting adalah mempelajari gagasan-gagasan dan teladan hidupnya,” kata Suharyo. 

Menurut Suharyo, pengalaman Fransiskus di masa remaja usia 17 tahun yang telah mentransformasi dirinya juga berdampak pada transformasi pada institusi Gereja yang ia pimpin saat ini. Saat itu, Fransiskus mengalami apa yang disebut pengalaman autentik akan cinta Tuhan tanpa batas.

Boleh dibilang apa yang disampaikan Suharyo ini mengingatkan pada gagasan  transformasi personal yang berdampak pada transformasi organisasi. Artinya, transformasi di sebuah organisasi dimulai dari pemimpinnya. 

Kepeduliannya pada kebaikan bersama (common good) ia tuangkan dalam seruan apostoliknya berjudul Laudato Si untuk kelestarian bumi dan Fratteli Tutti tentang persaudaraan dan persahabatan sosial. 

Laudato Si dan Kepedulian Pada Planet

Krisis iklim telah mendorong banyak negara untuk berkumpul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim (COP-28) digelar saban tahun. Pada tahun lalu, KTT ini digelar di Dubai, Uni Emirat Arab dan Presiden Joko Widodo berpidato di sana. Konferensi ini menjadi satu indikasi bahwa bumi tempat kita hidup sedang tidak baik-baik saja dan harus segera disikapi.

Di sisi lain, pada tahun 2015, Paus Fransiskus merilis ajaran apostolik berjudul Laudato Si. Subjudul dokumen adalah On the Care for Our Common Home – dalam kepedulian untuk rumah kita bersama. Di ensiklik ini, Fransiskus mengajak semua orang di dunia untuk merawat bumi sebagai rumah bersama. Sekaligus melayangkan kritikan pada konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali. Ia juga menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Ia mengajak semua orang untuk mengambil gerakan bersama secara global, terintegrasi, dan segera. 

Krisis lingkungan, di mata Paus, merupakan tanda dari krisis etika, budaya, dan spiritualitas modern. Solusinya tak lain adalah “pertobatan ekologis” baik dari sisi kebijakan pemerintah, ekonomi, hingga gaya hidup. Refleksi teologis Paus ini tidak berangkat dari angin kosong tetapi berlandaskan pada kajian sains tentang dampak nyata krisis iklim.

Fratelli Tutti dan Kepedulian pada People 

Pada Oktober 2020, Fransiskus mengeluarkan ensiklik Fratelli Tutti yang mengajak semua orang membangun persahabatan dan persaudaraan sosial. Pandemi COVID-19 ini menjadi latar diterbitkannya seruan ini.

Seruan ini berangkat dari masalah-masalah global yang terjadi, seperti manipulasi demokrasi, ketidakadilan, hilangnya makna komunitas sosial, ketidakpedulian pada kesejahteraan bersama, menguatnya logika pasar  yang hanya mengeruk keuntungan dan budaya membuang, pengangguran, rasisme, perbudakan modern, masalah migran, hingga perdagangan manusia. Bagi Fransiskus, masalah global hanya bisa diselesaikan dengan aksi global. 

Persahabatan dan persaudaran sosial ini juga perlu diwujudkan dalam persahabatan dan dialog antaragama. Mengutip Dokumen Abu Dhabi (2019) sebagai tonggak dasar dialog antargama, Fransiskus menyerukan kembali atas nama persaudaraan manusiawi, dialog diambil sebagai suatu jalan dan kerja sama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dunia. 

Dalam agenda kunjungannya, Paus Fransiskus dijadwalkan akan bertandang ke Masjid Istiqal sebagai simbol persahabatan dan persaudaraan. Bersama Imam Besar Prof. Nasaurddin Umar, Fransiskus akan menandatangani Deklarasi Bersama Istiqal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan. 

Kunjungan Paus Fransiskus ini diklaim bakal memperkuat posisi Indonesia sebagai agen kemanusiaan persaudaraan di Asia. Jelas, ini sebuah momentum tepat nation branding bagi Indonesia. 

________

Tulisan ini merupakan tulisan kedua seputar Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia yang diulas dari kacamata marketing. 

Related

award
SPSAwArDS