Mengenal Istilah Inner Development Goals (IDGs) dan 5 Dimensi Pembentuknya
Konsep keberlanjutan atau sustainability menjadi hal yang terus didorong ke para pebisnis global. Salah satunya melalui Sustainable Development Goals (SDGs) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seiring perkembangannya, kini muncul istilah Inner Development Goals (IDGs), apa itu?
SDGs pun membawa 17 tujuan mulia, seperti tidak adanya kelaparan, kesetaraan gender, nol kemiskinan, hingga kehidupan yang penuh kedamaian dan keadilan. Alih-alih berhasil dengan sukses, dunia bisnis dihadapi kenyataan pahit.
“85% indikator dari SDGs berjalan tidak sesuai rencana dalam mencapai tujuannya. Mulai dari persoalan gender equality, persoalan sampah plastik di lautan, hingga persoalan global warming,” ujar Y.W. Junardy, President of Indonesia Global Compact Network di panggung ASEAN Marketing Summit 2023, Rabu (6/12/2023).
Kondisi ini pun memunculkan kesadaran bahwa persoalan di dunia merupakan cerminan persoalan dalam diri manusia. Persoalan sosial terjadi akibat perilaku manusia. Pembangunan societal development pun membutuhkan personal development atau menyelesaikan persoalan dalam diri sendiri lebih dulu sebelum memecahkan persoalan sosial.
Dari sini, lahirlah konsep Inner Development Goals (IDGs). “SDGs itu kompleks dan butuh partnership. Di sisi lain, IDGs diharapkan bisa membuat bisnis untuk menjadi sustainable business,” lanjut Junardy.
IDGs didirikan atas inisiatif Hannah Boman dan Jakob Trollbäck dari The New Division dan Erik Fernholm, pendiri 29k yang berasal dari Swedia. IDGs mengusung lima dimensi dan 23 poin. Lima dimensi tersebut, meliputi Being, Thinking, Relating, Collaborating, Acting.
Being – Relationship to self
Dimensi pertama Inner Development Goals adalah Being atau fase seseorang untuk mengenali diri dan menerima jati dirinya hingga ia menyadari keberadaannya.
“Di dimensi ini, terdapat elemen inner compass, integritas dan autentik, keterbukaan dan mindset ingin belajar, self-awareness, dan presence,” ujar Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MCorp.
Thinking – Cognitive skill
Di dimensi Inner Development Goals ini, orang mampu mengembangkan kecakapan kognitifnya. Ia mampu memberi perspektif yang berbeda, mengevaluasi informasi, dan memahami dunia sebagai keseluruhan yang saling terhubung. Di dalam dimensi ini, kemampuan dalam critical thinking, complexity awareness, perspective skill, sense-making, long-term orientation and visioning harus dikuasa.
Relating – Caring for others and the world
Di sini, seorang individu dapat belajar untuk mengapresiasi diri dan terkoneksi dengan Sang Pencipta, alam, dan sosial. Lalu, humility, kemampuan bertindak sesuai dengan kebutuhan situasi tanpa mempedulikan kepentingan diri sendiri.
Keempat, empathy and compassion, kemampuan terhubung dengan sesama manusia, diri sendiri, dan alam dengan kebaikan, empati, dan belarasa.
Collaborating – Social skill
Kolaborasi dilakukan dengan semua pihak yang memiliki nilai, kecakapan, dan kompetensi yang berbeda namun satu tujuan mulia. Dimensi ini terdiri dari lima kecakapan, yakni communication skills, co-creation skills, inclusive mindset and intercultural competence, trust, dan mobilization skills.
Acting – Enabling change
Dimensi Acting pada Inner Development Goals menuntut orang untuk memiliki keberanian dan optimisme untuk melakukan perubahan yang disertai dengan kegigihan. Kecakapan ini yang perlu dimiliki bersamaan dengan kreativitas.
“Sejak dulu kita mengenal MDGs, SDGs, dan kini IDGs. Jika MDGs untuk negara, SDGs untuk perusahaan, IDGs kini untuk individu,” tutup Hermawan.