Pejuang kanker ovarium yang viral di TikTok, Shella Selpi Lizah, meninggal dunia pada Kamis (29/8/2024). Ia tutup usia setelah tiga tahun berjuang melawan penyakit tersebut, yang diketahui mulai menghinggapi tubuhnya pada 2021 lalu.
Kala itu, Shella merasakan sakit perut selepas berenang. Sempat mengira kram perut biasa, ia ternyata mengidap kista ovarium berukuran 9 sentimeter yang lantas mengharuskan rahimnya diangkat pada tahun 2022.
Mayo Clinic menyebut kanker ovarium sebagai salah satu jenis kanker yang jarang terjadi. Lalu, apa yang sebenarnya memicu penyakit ini dan seperti apa gejala yang muncul? Berikut penjelasannya:
BACA JUGA: Jangan Terpuruk, Atasi Quarter Life Crisis dengan 6 Cara Ini
Mengenal Kanker Ovarium
Kanker ovarium sering kali terdiagnosis pada stadium lanjut karena gejalanya yang tidak spesifik. Beberapa gejala yang muncul meliputi kembung yang persisten, nyeri di perut atau panggul, kesulitan makan atau merasa cepat kenyang, serta frekuensi buang air kecil yang meningkat.
Gejala-gejala ini sering mirip dengan kondisi lain yang kurang serius, sehingga kerap diabaikan. Namun, jika gejala tersebut berlangsung lebih dari beberapa minggu, sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena kanker ovarium, di antaranya sudah lanjut usia, terutama setelah menopause, serta punya riwayat keluarga dengan kanker serupa atau kanker payudara.
BACA JUGA: Kebanyakan Nonton TikTok Bikin Sulit Konsentrasi, Atasi dengan 5 Cara Ini
Selain itu, mutasi genetik pada gen BRCA1 dan BRCA2 diketahui dapat meningkatkan risiko kanker ovarium dan payudara. Sementara itu, wanita dengan kondisi endometriosis, yang mana jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, juga memiliki risiko lebih tinggi.
Untuk mendiagnosis penyakit tersebut, dokter biasanya melakukan berbagai tes seperti USG, CT scan, dan tes darah untuk mendeteksi marker tumor CA-125. Biopsi mungkin juga dilakukan untuk memastikan diagnosis.
Adapun pengobatannya biasanya melibatkan kombinasi operasi dan kemoterapi. Pada kasus tertentu, terapi target dan imunoterapi juga dapat digunakan tergantung untuk jenis dan stadium kanker.
Editor: Ranto Rajagukguk