Mengenal Kelainan Perkembangan Seks yang Diduga Dialami Atlet Imane Khelif

marketeers article
Imane Khelif (Foto: Instagram)

Atlet tinju Aljazair, Imane Khelif, menuai perhatian usai merampungkan pertandingan dengan wakil Italia, Angela Carini di Olimpiade Paris 2024 pada 1 Agustus lalu. Aksinya menumbangkan lawan dalam waktu 46 detik memantik kecurigaan terkait gendernya.

Kecurigaan itu makin diperkuat dengan keputusan dikeluarkannya Imane Khelif dari Kejuaraan Tinju Dunia Wanita IBA 2023 jelang pertarungan medali emasnya. Diskualifikasi ini disebabkan oleh kadar testosteron tinggi yang ditemukan dalam tubuhnya. 

Melansir InsideTheGames, petinju berusia 25 tahun itu diduga memiliki kromosom XY. Temuan ini lantas menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin memiliki kondisi kelainan perkembangan seks (DSD). 

BACA JUGA: Mengenal Cedera ACL yang Dialami Atlet Senam Rifda Irfanaluthfi

Kondisi ini membuat seseorang memiliki karakteristik seks yang tidak sesuai dengan definisi laki-laki atau perempuan yang tradisional. Untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan mengenai DSD yang dilansir dari Cleveland Clinic:

Mengenal DSD

DSD adalah kondisi medis yang ditandai oleh perkembangan kromosom, gonad, atau anatomi genital yang tidak sesuai dengan definisi tradisional laki-laki atau perempuan. Ini disebabkan berbagai faktor, termasuk mutasi genetik, gangguan pada metabolisme hormon, atau masalah pada perkembangan gonad. 

DSD dapat didiagnosis saat lahir, selama masa pubertas, atau bahkan pada saat dewasa ketika masalah kesuburan muncul. Gejalanya sendiri bervariasi, tergantung pada jenis serta tingkat keparahan kondisi. 

Beberapa gejala dapat mencakup alat kelamin yang tidak berkembang dengan jelas sebagai laki-laki atau perempuan, ketidakseimbangan hormon dan elektrolit, serta munculnya kelainan perkembangan pubertas. 

BACA JUGA: Indonesia Legalkan Aborsi Bersyarat, Adakah Bahayanya untuk Kesehatan?

Pada perempuan, kondisi ini juga bisa ditandai dengan siklus menstruasi yang dimulai di usia yang tidak biasa. Adapun pada laki-laki, bisa ditandai dengan testis tidak turun atau hipospadia, yakni ketika lubang keluar uretra tidak terbentuk dengan benar di ujung penis.

Tidak Sama dengan Transgender

Perlu diingat bahwa DSD tidaklah sama dengan transgender. Orang dengan DSD mungkin punya karakteristik fisik yang tak sesuai dengan stigma tradisional untuk jenis kelamin tertentu, tetapi identitas gender mereka bisa beragam dan tidak selalu berkaitan dengan DSD itu sendiri.

Sementara itu, transgender adalah istilah yang menggambarkan seseorang yang identitas gendernya berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir. Misalnya, seseorang yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS