Go-Jek memiliki beragam fitur dan layanan yang tersedia dalam satu aplikasi. Permasalahannya adalah tidak semua pengguna menggunakan semua fitur itu. Ada konsumen yang hanya menggunakan layanan pengantaran barang atau makanan. Ada juga yang menggunakan Go-Jek untuk kendaraan utama dalam bepergian, dan lainnya.
Berawal dari kebiasaan yang berbeda-beda, pada Februari tahun ini, Go-Jek meluncurkan kesempatan bagi konsumen untuk mengatur fitur-fitur apa saja yang ingin ditampilkan di halaman muka aplikasi Go-Jek. Sehingga, semua fitur yang muncul adalah fitur yang benar-benar dibutuhkan oleh masing-masing pengguna.
Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana cara menyampaikan kepada pengguna, bahwa saat ini mereka sudah bisa mengatur sendiri halaman muka aplikasi Go-Jek. “Kalau cara penyampaiannya biasa-biasa saja pasti membosankan,” ujar Bahari Chandra, Creative Director Go-Jek.
Tim Go-Jek berembuk dan sepakat untuk menyampaikan informasi tersebut. Mereka harus hadir dengan konten secara visual dan menghibur. Akhirnya, Bahari bersama rekan-rekannya melakukan proses rembuk ide hingga terkumpul puluhan konsep yang sesuai dengan tema utama Go-Jek Versi Kamu.
Dengan beragam pertimbangan mulai dari timeline, bujet, dan unsur yang terkandung, akhirnya terpilih tiga konsep video yang akhirnya dieksekusi sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada penggunanya. Tiga video tersebut adalah versi Kunti, Announcer Bioskop, dan Gozali.
“Kami mencoba mengangkat suatu hal yang familiar sama kehidupan kita semua, seperti suara announcer di bioskop,” tambah Bahari.
Baginya, sosok kuntilanak juga sosok yang amat familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Meskipun horor, Go-Jek mencoba mengemas bahwa sosok kuntilanak tidak seseram yang dibayangkan. Di video tersebut, kuntilanak divisualkan sebagai sosok yang memiliki kebutuhan layaknya manusia.
Sementara, Gozali adalah sosok antitesis dari pahlawan super. Biasanya dalam beberapa hal, karakter pahlawan super adalah sesuatu yang akan selalu menang. Namun, Go-Jek mencoba memberikan nuansa baru pada sosok monster penjahat dengan nama Gozali.
“Total, dari mulai konsep hingga eksekusi ide dibutuhkan waktu total sekitar satu bulan. Untuk konten satu ini, semua proses produksi diserahkan kepada production house,” tambah Bahari.
Meskipun fitur personalisasi halaman utama aplikasi Go-Jek sudah diluncurkan sejak Februari 2018, namun tiga konten video GoJek Versi Kamu baru dirilis pada pertengahan April. Memang terkesan agak lambat, namun faktanya ada pertimbangan khusus dari Go-Jek mengapa mereka baru meluncurkan konten videonya pada April.
“Kami menunggu hingga semua pengguna sudah mendapatkan update terbaru terkait fitur ini. Setelah semua sudah update, baru kami luncurkan kampanyenya,” katanya.
Sampai pertengahan Mei 2018, video Gozali sudah disaksikan lebih dari empat juta kali. Sementara, versi Kuntilanak sudah disaksikan sebanyak 3,9 juta kali. Dan, versi Announcer Bioskop sudah disaksikan 1,6 juta kali.
Menurut Bahari, angka ini jauh melampaui dari target awal. Dari sisi bisnis sendiri, pesan yang ingin disampaikan pun sudah diterima oleh para pengguna. Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengguna yang mulai mempersonalisasi halaman utama aplikasi Go-Jek miliknya.
“Selalu ada matriks yang ingin kami capai. Salah satunya adalah harus ada kaitannya dengan performa bisnis,” tutup Bahari.
Editor: Sigit Kurniawan