Mengenal Lebih Jauh Internet of Things

profile photo reporter Jaka Perdana
JakaPerdana
05 September 2016
marketeers article
38736713 internet of things flat iconic illustration thing object

Istilah-istilah teknologi kini mulai digunakan di sektor bisnis dan marketing. Bahkan, teknologi kini menjadi alat penting dalam sebuah kampanye brand seperti media sosial serta teknologi lebih canggih lagi seperti analytics. Salah satu yang sering jadi perbincangan adalah internet of things (IoT), apa itu?

Samsung saat ini memiliki perangkat smart watch, jam tangan digital dengan layar sentuh layaknya smartphone yang memiliki kemampuan mendeteksi detak jantung pengguna ketika bergerak atau berjalan. Data detak jantung itu kemudian akan terlihat di layar smartphone yang sudah terkoneksi dengan smart watch. Hal senada dilakukan oleh brand lain semisal Sony dan Xiaomi.

“Itu adalah satu contoh internet of things, yaitu perangkat yang tersambung atau terintegrasi ke internet,” ujar CEO perusahaan teknologi asal AS Moff Albert Chu di Jakarta beberapa waktu lalu di gelaran Data for Life 2016. Menurut Albert, konsep IoT  memang berkembang karena teknologinya saat ini sudah memungkinkan.

Satu hal paling krusial dalam IoT adalah perangkat bernama sensor. Perangkat ini dimanfaatkan fungsinya untuk mendeteksi berbagai jenis kegiatan. Hasil deteksi itu kemudian menjadi data dan dapat diintegrasikan dengan antarperangkat, sepeti halnya smart watch dengan smartphone. Data itu diimplementasikan dan menjadi sebuah output yang kemudian bisa menjadi bahan acuan atau menandakan sesuatu, seperti halnya detak jantung.

Dengan sensor tertanam dalam smart watch, pengguna bisa tahu seberapa sehat detak jantungnya. Atau juga seberapa sehat dirinya ketika melihat data tertera yang menunjukan jumlah kalori terbakar ketika bergerak. Lebih advance lagi, data-data itu kemudian disimpan di cloud.

“Di sini kemudian internet of things dibedakan dengan cloud dan analytics. Data-data dari hasil kegiatan terdeteksi di perangkat kemudian disimpan dalam cloud. Jadi, cloud itu penyimpan. Lalu jika data-data itu diolah sedemikian rupa menjadi sebuah insight untuk mengetahui behaviour, itu sudah disebut analytics. Di tahap ini praktisi marketing menggunakannya untuk mengetahui apa yang dilakukan dan disukai oleh konsumen. Dari insight itu mereka biasanya memproduksi dan meluncurkan produk baru yang marketable,” sambung Albert.

Kalau disimpulkan, IoT adalah suatu konsep teknologi untuk mengumpulkan data atau kolektor. Cloud adalah penyimpan, sementara analytics adalah pengolahnya. Menurut Albert, mayoritas IoT digunakan dalam bidang kesehatan seperti menghitung detak jantung atau kalori terbakar. Fungsi lainnya bisa digunakan dalam sektor infrastruktur serta pertanian.

Misal di Indonesia ada startup di bidang perikanan bernama eFishery. Mereka membangun perangkat keras dan aplikasi yang tersambung ke internet dan dapat dikontrol dari smartphone. Alat ini digunakan untuk mengontrol pakan ikan di tambak, sehingga tidak berlebihan atau kekurangan, dan bisa digunakan langsung via smartphone oleh peternak.

“Saya pernah melihat implementasi sangat bagus internet of things dalam sebuah bangunan. Gedung tersebut dirancang untuk mendeteksi berbagai kegiatan manusia di dalamnya dan secara otomatis akan mengatur suhu yang tepat baik ketika jumlah orang di dalamnya berkurang atau bertambah. Pun begitu dengan Nike. Mereka tidak menggunakan gelang atau smart watch, tapi menanam sensor di sepatu dan tersambung ke smartphone. Jadi pengguna tahu sehat dirinya ketika melihat data di layar,” tutup Albert.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related