Setiap generasi tumbuh dan berkembang di dalam berbagai kondisi berbeda. Hal ini membentuk karakter dominan yang juga berbeda antara satu generasi dengan generasi yang lain. Kini seiring berjalannya waktu, para pemasar harus siap memahami karakteristik generasi-generasi setelah millennials (Gen Z),-yang lahir di tahun 1996-2010- untuk dapat membidik mereka di masa depan. Lantas, seperti apa perilaku Gen Z yang perlu dipahami para pemasar?
Tak Mudah Termakan Iklan
Penelitian mengenai AdReaction: Engaging Gen X, Y and Z yang dirilis Kantar Millward Brown menunjukkan, Gen Z memiliki perilaku yang unik dalam menanggapi konten iklan. Karakteristiknya, mereka tidak mudah terpengaruh dengan konten iklan. Pendekatan yang digunakan pemasar pun harus lebih kreatif untuk dapat memikat mereka.
Masih Konsumsi Televisi
Survei yang dilakukan Google Consumer Barometer menemukan 80% Gen Z di Indonesia mengaku menggunakan internet untuk keperluan pribadi mereka setiap hari. Tak heran, jika 99% Gen Z mengaku lebih sering terlibat dalam penggunaan basic mobile phone (mobile phone dan smartphone).
Yang tak kalah menarik, fakta ini menunjukkan meskipun Gen Z tumbuh di era digital, televisi (tv) masih menjadi perangkat yang eksis mereka gunakan. 94% Gen Z di Indonesia masih menggunakan tv meski 62% diantara mereka mengaku menggunakan perangkat lain seperti komputer, tablet, ataupun smartphone saat menonton tv.
Narsis
Ada insight menarik lain yang ditemukan dari generasi ini. Rama Mamuaya, Founder dan Chief Executive DailySocial.id dalam wawancara bersama Marketeers mengatakan kecenderungan Gen Z dalam penggunaan media sosial telah membentuk karakteristik narcissistic. Fitur yang tengah pupuler seperti YouTube Live, Instagram Live, ataupun Facebook Live mendorong hasrat mereka untuk mendapatkan pengakuan dari peer mereka.
“Mereka butuh apresiasi dari kawan-kawan mereka terhadap aktivitas yang mereka pamerkan di media sosial,” ujar Rama.
Terbuka dengan Teknologi Baru
Gen Z memang amat terbuka dengan teknologi baru. Mereka memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Semisal, ketika brand ingin memperkenalkan teknologi baru semacam Artificial Intelligence (AR), Virtual Reality (VR) atau wearable devices, maka Gen Z dapat dengan cepat beradaptasi dengan hal-hal ini.
“Bagi brand, hal ini menjadi test market ketika ingin memperkenalkan produk yang related dengan teknologi terbaru. Yang jelas, brand harus bisa memahami aktivitas digital di kalangan Gen Z. Agak mirip dengan milennials, namun Gen Z lebih mengarah kepada produk, sementara milennials kepada services,” ungkap Managing Director Technology Consulting Lead Accenture Indonesia Leonard Nugroho kepada Marketeers.
Tergila-gila dengan Micro-storytelling
Gen Z lebih senang mengkonsumsi konten-konten yang bersifat micro-storytelling. “Mereka suka hal yang singkat dan biasanya berisi video. Secara umum, ini mirip dengan Twitter, namun dalam bentuk storytelling berupa video. Kalau Twitter ada microblogging, saat ini di sebut micro-storytelling, seperti IG story atau SnapChat Story,” kata Rama. Faktanya, 27% Gen Z menonton video online setiap hari, 26% lain secara mingguan, dan 22% lain secara bulanan.
Kira-kira, sudah siapkah Anda menyusun langkah untuk membidik Gen Z? Jangan lupa untuk berangkat dari karakteristik-karakteristik tersebut. Semoga berhasil!
Editor: Sigit Kurniawan