Pada suatu waktu, ada seorang anak laki-laki yang amat mencintai mesin jahit. Melalui kecintaannya itu, dia menciptakan beberapa dompet custom bergambar kera sebagai hadiah untuk teman-temannya. Suatu hari, bocah itu bertemu dengan dua orang yang mengatakan dapat membantunya mengubah gambar monyet tersebut menjadi tumpukan emas.
Ini bukanlah dongeng, melainkan kisah nyata mengenai seorang desainer bernama Paul Frank, salah satu kesuksesan mode paling berpengaruh bagi remaja tahun 1990-an. Bersama dua mitra Frank, John Oswald dan Ryan Heuser, mereka membuat perusahaan mode bernama Paul Frank Industries pada tahun 1995.
Ketiga sekawan ini menghabiskan satu dekade untuk mentrasnformasi hobi seorang pria menjadi sebuah kerajaan bisnis senilai US$ 40 juta per tahun.
Pakaian Paul Frank, seperti kaus bertuliskan “We Are Paul Frank”, berhasil menggebrak pasar Amerika. Produk-produknya kerap muncul dalam film Hollywood seperti Austin Powers in Goldmember maupun The 40 Year-Old Virgin. Ia juga mendapat dukungan dari bintang-bintang muda kala itu, seperti Hilary Duff, Kelly Osbourne, dan Jaime Pressly.
Namun, Paul Frank sempat gagal karena konflik internal. Para pemegang saham sepakat untuk memberhentikan Frank karena dianggap tak lagi sejalan. Mereka juga bersedia untuk membeli saham Frank kembali sebanyak 30,4%.
Singkat cerita, Paul Frank dijual ke Saban Brands, bagian dari perusahaan investasi Saban Investment Group yang salah satu portofolionya adalah waralaba Power Rangers.
Gerai Baru
Di Indonesia, lisensi merek Paul Frank dipegang oleh perusahaan ritel fesyen Metroxgroup. Merek ini hadir perdana di negeri ini pada tahun 2015 melalui penjualan pakaian dan aksesori di lifestyle store Mezzo.
Seiring berkembangnya waktu, Paul Frank mulai “pede” membuka gerai sendiri, selaras dengan jumlah produknya yang kian lengkap. Bagi kebanyakan konsumen Indonesia, Paul Frank dianggap sebagai merek anak muda yang mengedepankan pakaian street wear. Merek ini cenderung diasosiasikan sebagai merek pakaian surifing seperti Quick Silver, Volcom, dan ROXY.
Akan tetapi, stereotipe itu mulai diminimalisir. Pelan-pelan, Paul Frank tampil lebih street-wear dan mengikuti selera fesyen kawula muda masa kini. Metroxgroup pun tahun ini merombak ulang tampilan gerai Paul Frank yang jauh lebih mature dan clean. Dua gerai Paul Frank terbaru itu bisa dilihat di Grand Indonesia dan Summarecon Mal Bekasi.
Assed Lussak, Head of Marketing Metroxgroup menganggap Paul Frank telah lama dikenal sebagai lifestyle brand yang ikut membentuk budaya pop dunia. “Seiring perkembangan zaman, produk-produk Paul Frank kini lebih fokus kepada gaya streetwear dengan mengedepankan desain yang kontemporer, inovatif, dan eksperimental,” ujar dia.
Assed mengungkapkan, selain menampilkan desain-desain kontemporer dengan sentuhan ikonik, produk Paul Frank juga menggunakan material-material terbaik.
Editor: Sigit Kurniawan