Baru-baru ini, istilah ADHD menjadi perbincangan di media sosial. Istilah ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder sendiri mengacu pada kondisi kesehatan seseorang.
Melansir dari laman Center of Disease Control and Prevention (CDC), ADHD merupakan salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak.
Biasanya, kondisi ini pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak dan sering kali berlanjut hingga dewasa.
Gangguan kesehatan ini memengaruhi fungsi eksekutif otak, termasuk kemampuan untuk berkonsentrasi, mengontrol impuls, dan merencanakan tindakan.
BACA JUGA Kenali Gejala PMS dan PMDD Pada Perempuan
Penyebab ADHD
Hingga kini, masih dikutip dari CDC, para ilmuwan masih mempelajari penyebab dan faktor risiko seseorang dapat menderita ADHD. Namun, berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan genetika memiliki peranan penting.
Selain genetika, para ilmuwan sedang mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko lainnya, termasuk:
– Kerusakan otak
– Paparan terhadap risiko lingkungan selama kehamilan atau pada usia muda
– Konsumsi alkohol dan rokok selama kehamilan
– Persalinan prematur
– Berat badan lahir rendah
BACA JUGA Tantangan dan Solusi Krisis Kesehatan Mental di Indonesia
Gejala pada usia dewasa
Kebanyakan penderita ADHD telah didiagnosis sejak masa kanak-kanak. Akan tetapi, sebagian orang tua kerap mengabaikan atau menyalahartikan gejala yang muncul.
Pada masa dewasa, gejalanya dapat terlihat berbeda dibandingkan dengan gejala yang muncul di masa kanak-kanak atau remaja.
Kondisi ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tanggung jawab saat dewasa. Dikutip dari Halodoc, gejala ADHD pada orang dewasa dapat berupa:
– Kesulitan menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
– Memiliki masalah harga diri dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
– Melakukan penyalahgunaan zat, terutama alkohol.
– Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan pasangan, keluarga, atau rekan kerja.
– Sering mengalami kecelakaan atau cedera.
Editor: Ranto Rajagukguk