Pernahkah Anda bertemu seseorang dan merasa seolah-olah pertemuan itu sudah ditakdirkan? Fenomena inilah yang tengah ramai dibicarakan di media sosial sebagai Red String Theory atau “teori benang merah tak terlihat.”
Terapis pernikahan dan keluarga, Marisa T Cohen, dalam Women’s Health mendefinisikan teori itu sebagai ‘benang’ tak terlihat yang menghubungkan dua orang yang telah ditakdirkan untuk bertemu atau bersama. Dengan kata lain, Red String Theory menunjukkan bahwa seseorang mungkin saja berpisah dan bertemu kembali dalam hidup.
Seolah-olah, ada benang merah yang menarik keduanya ke titik pertemuan yang sudah ditulis di alam semesta.
BACA JUGA: Kenali 5 Istilah Viral di Media Sosial, Terbaru Jam Koma
Red String Theory Terlihat dalam Kehidupan
Dalam penerapannya, Red String Theory dapat berlaku dalam berbagai aspek hidup, mulai dari cinta hingga persahabatan. Beberapa orang merasa ada ketertarikan kuat pada orang yang baru ditemui dalam hidup mereka.
Cerita-cerita ini lantas viral di TikTok, yang mana banyak orang membagikan kisah pertemuan yang tak terduga namun merasa “sudah ditakdirkan.” Sebagai contoh, ada yang mendapati pacarnya sekarang ternyata pernah muncul di latar belakang foto yang diambil beberapa tahun lalu.
Namun, penting untuk diingat bahwa Red String Theory hanyalah teori dan bukan aturan mutlak. Jangan terlalu terpaku pada gagasan bahwa ada “satu orang” yang pasti akan hadir, tapi justru jadikan teori ini sebagai perspektif untuk membantu Anda lebih percaya pada proses kehidupan.
BACA JUGA: Tips Mengatasi Jam Koma, Istilah Kelelahan yang Viral di Media Sosial
Dengan demikian, hal ini dapat mengurangi tekanan saat mencari pasangan atau saat menjalani hubungan. Teori tersebut juga mungkin bisa membantu Anda lebih santai dalam menghadapi perjalanan cinta.
Cara Menerapkan Red String Theory
Untuk menikmati teori ini, tentu perlu menjaga harapan yang realistis dalam hubungan. Anda bisa percaya bahwa alam semesta punya caranya sendiri untuk mempertemukan dengan orang yang tepat, namun penting juga untuk tetap objektif dalam mengambil keputusan.
Selain itu, menjaga kebutuhan diri sebagai prioritas juga menjadi kunci. Teori ini bukan alasan untuk menerima sembarang hubungan hanya karena merasa itu “takdir.” Sebaliknya, gunakan teori ini sebagai inspirasi untuk tetap terbuka terhadap peluang yang mungkin membawa Anda ke pertemuan bermakna dalam hidup.
Editor: Ranto Rajagukguk