Jagat maya baru-baru ini dihebohkan dengan pengakuan sebuah merek vaksin COVID-19 yang menyebut produknya dapat memicu efek samping yang langka, yaitu thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS).
Sebagaimana diberitakan Telegraph, merek tersebut sedang menghadapi gugatan atas klaim bahwa vaksinnya itu menyebabkan cedera serius hingga kematian pada beberapa kasus. Salah satunya dialami seorang laki-laki bernama Jamie Scott.
Pada Februari tahun lalu, Scott melayangkan gugatan ke Pengadilan Tinggi Inggris lantaran mengidap cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak. Ia menderita penyakit itu usai mendapatkan vaksin dari merek tersebut pada April 2021.
BACA JUGA: Viral Ibu Enggan Imunisasi Anak, Ini 5 Bahayanya bagi Kesehatan
Merek yang digugat pun membantah hal tersebut. Namun, mereka mengakui dalam dokumen legal bahwa memang ada kemungkinan sangat langka yang mana vaksin COVID-19 mereka dapat menyebabkan TTS.
Lantas, sebenarnya apa itu TTS? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber:
Mengenal Sindrom TTS
Mengutip laman Health Direct, TTS memang merupakan sindrom yang sangat langka. Ini terjadi ketika seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) dan jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia).
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah, yang dapat mengurangi aliran darah normal di pembuluh darah yang terkena. Adapun trombositopenia adalah suatu kondisi saat tidak terdapat cukup trombosit dalam darah.
Halodoc menjelaskan trombosis itu sendiri dapat terbentuk di pembuluh darah tubuh dan bisa berakhir di paru-paru, jantung, otak atau area lain saat pecah dan bergerak melalui darah. Perpindahan ini bisa menyebabkan komplikasi serius.
BACA JUGA: Ketahui 3 Hal Ini sebelum Vaksin HPV
Komplikasi tersebut terjadi karena gumpalan ini dapat mengganggu aliran darah ke organ-organ penting. Karena itulah, bukan hal yang tak mungkin jika trombosit bisa menyebabkan serangan jantung hingga stroke.
Komplikasi yang berpotensi terjadi lainnya adalah emboli pulmonal, yaitu pembekuan darah di arteri pulmonalis atau di salah satu paru-paru. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan kadar oksigen, sehingga merusak paru-paru, jantung, dan organ lain.
Sementara itu, menurut laman Alodokter, komplikasi yang dapat terjadi akibat trombositopenia adalah perdarahan berat pada otak atau saluran pencernaan. Kondisi ini bisa memunculkan gejala berupa sakit kepala disertai kelemahan di satu sisi tubuh, atau nyeri perut.
Adapun risiko TTS sendiri sedikit lebih tinggi pada orang yang berusia kurang dari 60 tahun. Penggumpalan darah dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, antara lain otak, perut, paru-paru vena ekstremitas, dan arteri.
Editor: Ranto Rajagukguk