Mengenal Tiga Anxiety and Desire Wisatawan Indonesia

marketeers article

Pariwisata menjadi sektor potensial yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, sektor ini mampu memberikan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia. Namun, perubahan pada sektor ini bergerak dengan cepat. Antara lain, dipengaruhi oleh perilaku para wisatawan. Para pemain pun dituntut sigap dalam memahami dan menjawab perubahan tersebut dengan tepat.

Guna mengenal lebih jauh perilaku wisatawan Indonesia, berikut ini Marketeers merangkum tiga anxiety and desire wisatawan Indonesia berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Travelport. Apa saja?

Harga Urusan Kedua, WIisatawan Indonesia Utamakan Nilai Lebih

Dalam survei yang dilakukan Travelport terhadap lebih dari 23 ribu wisatawan di 20 negara (termasuk Indonesia) dalam 12 bulan terakhir ditemukan, 88% wisatawan Indonesia memilih value for money sebagai prioritas utama. Hanya 6% wisatawan yang memesan rencana perjalanan dengan hanya mempertimbangkan harga.

Yang perlu diperhatikan, ada sejumlah cara yang dilakukan para wisatawan untuk memperoleh nilai lebih. 24% wisatawan mengaku, rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada maskapai guna menerima penawaran yang dipersonalisasi.

Cropped tourist woman in summer casual clothes holding bundle of dollars money, passport isolated on yellow orange background. Female traveling abroad travel on weekends getaway. Air flight concept

“Ini merupakan peluang yang masif untuk para travel agent di Indonesia. Mereka bisa memberikan berbagai opsi yang lebih relevan kepada para wisatawan,” terang Direktur Regional Wilayah Operator APAC Travelport, Gary Harford di Jakarta, Kamis (30/01/2020).

Saat memilih maskapai, 91% wisatawan memilih maskapai yang dapat dipercaya; 88% rute dan jadwal yang ideal dan layanan pelanggan yang baik; serta 86% pengalaman yang menyenangkan selama penerbangan.

“Potret ini menunjukkan, rata-rata wisatawan Indonesia saat ini lebih memilih nilai lebih dibandingkan dengan harga,” ujar Gary.

Wisatawan Indonesia Punya Ekspektasi Tinggi Soal Pengalaman Digital

Poin ini cukup penting untuk diperhatikan para pemain di sektor pariwisata. Fakta menunjukkan, wisatawan Indonesia memiliki ekspektasi paling tinggi soal pengalaman digital (75%) dibandingkan rata-rata wisawatan global (48%).

Para wisatawan menilai, pengalaman Augmented Reality (AR) maupun Virtual Reality (VR) akan membantu mereka dalam merencanakan perjalanan wisata. Bahkan, bukan hanya di antara generasi X dan Y, tren ini juga muncul di antara Baby Boomers.

Portrait of mature bearded man wearing VR headset sitting in armchair immersed in game and looking around, copy space

Hal ini juga berlaku dalam urusan memilih maskapai. 86% wisatawan Indonesia menganggap, pengalaman digital merupakan faktor penting dalam memilih maskapai.

Sementara, dalam perjalanan, 67% wisatawan merasa frustasi jika tidak dapat mengakses informasi pemesanan melalui smartphone atau smartwatch. Rasa frustrasi ini paling banyak dirasakan oleh wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%).

Namun, bukan berarti ekspektasi tinggi soal pengalaman digital menghapuskan keinginan akan human touch. Survei ini menunjukkan, teknologi tidak selalu menjadi jawaban yang diinginkan para wisatawan.

Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima bagian wisatawan global (42%) menganggap, tidak dapat berbicara kepada sesama dapat menyebabkan mereka menjadi frustasi. Persentase ini meningkat dibandingkan 2018 (38%).

Wisatawan Inginkan Kredibilitas dan Transparansi Perusahaan

Fakta menunjukkan, 59% wisatawan Indonesia merasa frustasi ketika mencari perusahaan yang terpercaya. Persentase ini meningkat 21% dari 2018. 53% wisatawan kian frustasi lantaran tidak mengetahui secara pasti apakah ulasan online yang ditampilan dapat dipercaya atau tidak.

Perusahaan perjalanan pun perlu memberikan informasi yang lengkap, terbuka, dan sejelas mungkin kepada para wisatawan.

Asian little girls are busy reading while sitting in the aircraft cabin

Pasalnya, ketika berusaha mempersonalisasi pengalaman, 61% wisatawan merasa frustrasi lantaran tidak dapat memahami apa saja yang termasuk dalam penawaran standar. Persentase ini meningkat tajam mencapai 40% jika dibandingkan dengan 2018. Tak hanya itu, 63% wisatawan turut merasa kecewa ketika tidak mengetahui apa saja penawaran ekstra yang tersedia.

Dari deretan anxiety and desire yang ditemukan Travelport, Presiden Direktur Galileo Indonesia Raymond Setokusumo meyakini, outlook bisnis pariwisata Indonesia tetap akan positif.

“Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dan sektor pariwisata merupakan salah satu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sektor pariwisata di negara-negara berkembang yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. Ekosistem perjalanan dinamis dan inovatif. Masih banyak kesempatan untuk bertumbuh,” tutup Raymond.

Lantas, sudahkah Anda memahami anxiety and desire para wisatawan?

Related