Mengenal Tiga Segmen Konsumen di Masa Krisis

marketeers article
Close-up Of A Businesspersons Hand Placing Last Pink Piece With Stacked Coins Into Pie Chart

Memberikan pilihan kepada konsumen menjadi hal yang penting dilakukan bagi brand atau pelaku usaha. Tetapi, penting untuk diperhatikan, opsi yang diberikan tidak boleh terlalu banyak. Karena, tidak sembarangan membuat pilihan, brand juga harus menyesuaikan segmen.

“Pada waktu krisis, perusahaan cenderung memberikan diskon untuk mengakuisisi konsumen yang tertarik dengan harga lebih murah. Padahal, ada segmen-segmen lain yang mau membayar lebih untuk mendapatkan produk atau layanan yang tentunya lebih baik,” tutur Senior Vice President MarkPlus Institute Yosanova Savitry dalam webinar Marketeers iClub bertajuk The Surviving Tactic: low Budget, High Intimacy, Jumat (08/05/2020).

Yosanova menjelaskan tentang tiga segmen penawaran ada di masa krisis. Pertama, Dumb, segmen yang biasanya tertarik pada harga. Penawaran yang bisa diberikan untuk segmen ini pun dapat dikategorikan sebagai produk yang baik (Good).

Kedua, segmen yang Smart, mereka lebih memikirkan value yang didapatkan dari apa yang mereka bayarkan. Sehingga, mereka akan tertarik pada penawaran yang lebih baik dari sebelumnya (Better).

Ketiga, Snob yaitu mereka yang fokus pada kualitas dan rela membayar lebih untuk mendapatkan produk atau layanan terbaik (Best).

“Perlu diperhatikan ketika menyiapkan penawaran untuk masing-masing segmen, brand haruslah memastikan konsumen dapat memahami batasan dari opsi Good dengan harga yang biasanya lebih murah dengan paket lain setelahnya,” ujar Yosanova.

Harus ada konsistensi yang terbangun dari setiap paket segmen. Sehingga, konsumen dapat melihat perbedaan dari masing-masing harga yang mereka bayarkan. Contohnya pada Spotify, bagi pengguna yang telah membayar Spotify Premium, mereka mendapatkan tawaran musik streaming dengan opsi melewati tanpa batas dan juga tanpa iklan.

Namun, yang perlu diperhatikan kembali pada masa krisis seperti ini adalah jangan sampai kehilangan segmen lama karena fokus untuk mengakuisisi segmen baru. Pasalnya, belum tentu segmen baru yang dikejar tersebut memiliki kemauan untuk menbayar lebih tinggi atau lebih loyal.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related