Mengenal Toxic Productivity, Niat Produktif yang Malah Menjadi Racun

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Sejumlah orang menganggap waktu sebagai sesuatu yang sangat berharga, sehingga tak jarang mereka melakukan banyak hal sekaligus dengan dalih supaya produktif. Padahal, kebiasaan ini termasuk sebagai toxic productivity.

Healthline menyebut toxic productivity sejatinya adalah sesuatu yang tidak baik untuk kesehatan mental. Pasalnya, memaksakan diri untuk melakukan banyak hal atau multitasking hanya akan memberikan tekanan berlebih. 

Orang yang produktif, namun disertai tekanan bisa mengalami kematian lebih tinggi. Ini senada dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia dan Organisasi Perburuhan Internasional, yang mana menemukan bahwa bekerja lebih dari 55 jam seminggu berisiko kematian yang lebih tinggi.

BACA JUGA: Cara Bersikap Bodo Amat seperti Suga BTS, Hidup Jadi Lebih Produktif!

Memberi Beban Mental

Risiko yang demikian, salah satunya, disebabkan oleh beban mental. Sebagaimana disampaikan Milasas dalam Joy of Business (2012), orang yang terperangkap dalam toxic productivity akan merasa menderita dan bersalah begitu pekerjaannya tidak terselesaikan.

Menurut buku tersebut, orang dengan kebiasaan produktif yang toksik kerap merasa bersalah karena tidak berbuat lebih banyak. Mereka beranggapan bahwa mestinya mereka melakukan tugas dengan lebih baik agar bisa terselesaikan.

Senada dengan itu, Goodman dalam buku Toxic Positivity: Keeping It Real in a World Obsessed with Being Happy (2022) mengatakan seseorang yang punya kebiasaan produktif yang beracun jarang merasa dirinya bermanfaat.

“Jarang sekali kita merasa bermanfaat jika seluruh harga diri Anda terikat pada sesuatu yang mengatakan, untuk apa melakukan banyak hal namun sampai menyakit kesehatan mental dan hasil pekerjaan produktif itu tidak berhasil maksimal,” ujarnya.

BACA JUGA: Hindari 3 Hal Ini agar Tak Mengalami Lonely Death

Mengganggu Kesehatan Fisik

Tidak hanya mental, toxic productivity juga berpotensi mengganggu kesehatan fisik. Ini seperti yang disampaikan Cole dalam Gut Feelings: Healing the Shame-Fueled Relationship Between What You Eat and How You Feel (2023).

Buku itu mengatakan produktivitas yang berkedok tekanan justru membuat tubuh tidak mampu bekerja dengan maksimal. Jika seseorang terlalu fokus pada produktivitas, mereka mungkin saja akan melewatkan waktu istirahat atau bentuk lain dari merawat diri sendiri.

Hal itu berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan. Tidak mengherankan, ketika produktivitas ini mulai mengganggu kesejahteraan Anda, maka hubungan dan performa kerja Anda juga bisa terganggu.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS