Mengenal Water Birth, Metode Melahirkan di Air

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Nikita Willy telah melahirkan anak keduanya pada Minggu (15/12/2024). Persalinan kali ini ramai diperbincangkan di jagat maya lantaran sang publik figur melahirkan dengan metode persalinan yang tak biasa, yaitu water birth.

Water birth, atau metode melahirkan dengan berendam di kolam air hangat, bisa dibilang kurang familier di Indonesia. Nikita Willy sendiri melakukan persalinan menggunakan metode tersebut di Amerika Serikat (AS), dengan didampingi oleh bidan berlisensi.

Di beberapa negara, termasuk AS, metode ini memang mulai banyak ditawarkan. Terutama, di pusat bersalin yang menyediakan suasana lebih nyaman dan alami dibandingkan rumah sakit konvensional.

Lantas, sebenarnya apa itu water birth? Berikut penjelasannya yang dilansir dari laman WebMD:

BACA JUGA: Selain Turunkan Berat Badan, Diet Mediterania Bisa Cegah Demensia

Manfaat dan Risiko Water Birth

Water birth dilakukan dengan memanfaatkan kolam bersalin khusus yang berisi air hangat untuk membantu ibu merasa lebih rileks selama kontraksi. Suhu air yang digunakan biasanya dijaga agar tetap nyaman dan mendekati suhu tubuh.

Pada tahap awal persalinan, ketika kontraksi mulai dan leher rahim mulai membuka, water birth dipercaya memiliki sejumlah manfaat. Salah satunya, berendam di air hangat dapat membantu mengurangi rasa sakit secara alami tanpa perlu menggunakan anestesi.

Selain itu, air hangat membantu tubuh lebih rileks, sehingga mengurangi ketegangan dan stres selama ibu kontraksi. Berada di dalam air pun membuat ibu lebih mudah bergerak dan mencari posisi yang paling nyaman dibandingkan jika hanya berbaring di tempat tidur.

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa water birth dapat meningkatkan aliran darah ke rahim dan membantu mencegah robekan parah pada vagina. Namun, manfaat-manfaat ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.

Saat memasuki tahap kedua persalinan, yaitu ketika leher rahim sudah terbuka sempurna dan ibu mulai mengejan untuk mendorong bayi keluar, kebanyakan dokter menyarankan ibu keluar dari kolam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah tindakan darurat jika terjadi komplikasi.

Meski dianggap nyaman, persalinan di air tetap memiliki risiko yang perlu dipahami oleh calon ibu. Beberapa di antaranya ialah infeksi pada ibu atau bayi, tali pusar yang putus sebelum bayi benar-benar keluar dari air, dan suhu tubuh bayi yang tidak stabil.

Selain itu, ada kemungkinan bayi menghirup air dari kolam, yang bisa menyebabkan masalah pernapasan atau bahkan kejang. Kendati risiko-risiko tersebut jarang terjadi, penting untuk tetap waspada karena dampak dari risiko tersebut bisa sangat serius.

BACA JUGA: Inspirasi Menu Diet Tinggi Protein untuk 7 Hari

Bolehkah Semua Ibu Hamil Bersalin dengan Water Birth?

Tidak semua ibu hamil cocok untuk menjalani persalinan di dalam air. Metode ini sebaiknya dihindari oleh ibu yang berusia di bawah 17 tahun atau di atas 35 tahun, karena usia tersebut berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.

Tidak hanya itu, ibu dengan kondisi medis tertentu seperti preeklamsia, diabetes, atau infeksi sebaiknya tidak memilih water birth. Posisi bayi yang sungsang, kelahiran prematur, atau bayi berukuran sangat besar juga menjadi faktor yang membuat metode ini tidak direkomendasikan.

Jika Anda tidak termasuk dalam kriteria tersebut dan ingin melakukan water birth, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Utamanya adalah berdiskusi dengan tenaga kesehatan sejak awal kehamilan, lalu pastikan layanan ini tersedia di fasilitas medis terdekat.

Bila memilih water birth di rumah, pastikan ada tenaga medis yang berpengalaman dan memiliki dukungan dari dokter jika terjadi komplikasi. Selain itu, kolam bersalin harus bersih dan terjaga kualitasnya sesuai standar kesehatan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS