Menggali Cuan dari Tren Olahraga Lari di Indonesia

marketeers article
people group jogging, runners team on morning training

Tren olahraga lari di Indonesia menunjukkan geliat positif dari waktu ke waktu, berkaca dari maraknya gelaran acara lari yang mencetak ribuan partisipan pelari setiap tahunnya. Di luar kompetisi lari resmi, aktivitas lari semakin banyak digeluti. Tidak hanya di kota-kota besar, kini pemerintah daerah pun telah memiliki kesadaran mempromosikan gaya hidup sehat kepada warganya dengan memfasilitasi program-program Car Free Day (CFD) yang sudah digelar di 22 kota di Indonesia.

Seiring meningkatnya komunitas lari di Indonesia, kebutuhan akan informasi yang relevan untuk mendukung pelari dalam memaksimalkan performa olahraga pun semakin dicari. Hal ini dimanfaatkan oleh startup yang bergerak pada informasi konten olahraga lari, Runhood.

Menurut Adystra Bimo selaki Founder Runhood kebutuhan akan informasi yang objektif dan lengkap yang spesifik membahas olahraga lari masih minim di Indonesia, berbeda dengan sepak bola dan badminton yang dianggap lebih populer. “Runhood ingin mengangkat olahraga lari dari berbagai sudut pandang berbeda, agar memperkaya referensi penggemar lari dalam meningkatkan performa dan motivasi dalam berlari,” terang Adystra.

Runhood menyajikan konten yang variatif, mulai dari gear pendukung, rute dan lokasi, profil komunitas, serta cerita dari ajang lari di dalam dan luar negeri. Dinamika inilah yang menjadi potensi bisnis yang digali oleh Runhood. Dengan kombinasi kekuatan kreasi konten dan pengelolaan target pasar yang tepat, Runhood mampu menarik minat sponsor, brand, ataupun perusahaan untuk memberikan kontribusinya di ekosistem lari.

“Dari pengamatan kami, di tahun 2019 diperkirakan ada sekitar 340 event lari yang tersebar di lebih dari 20 kota di seluruh Indonesia, meningkat 300% dari tahun 2014 yang hanya sebanyak 102 event saja.,” tambah Dystra,

Potensi bisnis olahraga lari lainnya berasal segi konsumsi pelari terhadap apparel dan gear untuk menunjang aktivitas lari. Semakin tinggi komitmen pelari, semakin besar pula anggaran belaja yang dikeluarkan untuk produk-produk tersebut. Melihat persaingan sports brand yang kompetitif, Runhood menyadari perlunya informasi produk yang jujur dan mudah dipahami agar membantu pelari memilih perlengkapan pendukung yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Di Indonesia, praktik sports marketing masih terbatas pada sponsorship dan endorsement dari brand kepada atlet atau klub. Namun umumnya para brand belum memahami kekuatan dari klub atau atlet tersebut dalam merepresentasikan produk mereka, jadi hanya sebatas memanfaatkan ajang kompetisi sewaktu-waktu saja, misal saat momen Asian Games kemarin. Di sini lah diperlukan lebih banyak lagi dialog dengan para brand untuk mengelola strategi sports marketing agar para sports talent dapat mendukung aktivitas pemasaran produk dengan lebih baik,” tambah Dystra.

Untuk mencapai tujuan di atas, Runhood mulai melirik peluang diversifikasi bisnis di awal tahun 2018, yakni sports marketing agency. Hingga tahun 2019, Runhood terus konsisten mengembangkan pengelolaan media daring yang fokus pada industri dan komunitas lari di Indonesia.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related