Aktif memotret sejak tahun 1988, Arbain Rambey membeberkan sejumlah harta yang dimilikinya. Harta tersebut menjadi saksi perjalanan karirnya sebagai seorang maestro fotografi. Tak hanya tersimpan rapi di dua loker besi milikinya, harta itu juga menumpuk tak terhingga di loker besi milik Kompas. Sekitar 100.000 rol film telah digunakannya sebelum era digital tiba.
Sejak kemunculan era digital, Arbain menggunakan harddisk eksternal untuk menyimpan jepretan fotonya. Koper yang kerap dibawanya berisi sejumlah harddisk eksternal yang kapasitasnya mencapai 60 TB. Selebihnya, hardidisk eksternalnya yang lain disimpan di rumah dan kantornya. “Rata-rata sekitar 2 TB file foto yang saya hasilkan dalam waktu sebulan,” ungkap Arbain di Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Dari semua karya yang dihasilkannya, Arbain menceritakan momotret tambang Freeport dari helikopter menjadi pengalaman memotret yang paling mahal seumur hidupnya. Mahal di sini bukan dilihat dari harganya, melainkan momentumnya yang langka. “Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk memotretnya. Cuaca di atas pun sering berubah,” cerita Arbain.
Harga foto termahal yang pernah diterimanya adalah ketika dirinya memotret sebuah mesin jam tua milik suatu bank. Arbain menerima bayaran sebesar Rp 60 juta untuk selembar fotonya.
Mengulang momen adalah hal yang nihil terjadi. Tentu, menjadi sebuah kesedihan bagi Arbain kala file fotonya hilang. Tidak bisa dinilai dengan uang, kehilangan data foto dianggapnya seperti kehilangan anggota keluarganya. Pengalaman itu membuat Arbain lebih berhati-hati dalam memilih harddisk eksternal. Ia menggandakan file foto ke beberapa harddisk eksternal dan DVD untuk menghindari kejadian serupa terulang. “Cukup sedih saat kehilangan. Tapi, saya bukan tipe pemurung, karena itu akan membuat saya tidak kreatif,” kata Arbain.