Pasar salon di Indonesia memang masih kecil. Jumlah salonnya pun hanya 115.000 salon. Hal tersebut dinilai tidak sebanding dengan penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa. Kecilnya pasar salon disebabkan oleh dua hal. Pertama, pemain salon tidak bertambah signifikan. Kedua, banyak salon yang tidak menjalani bisnisnya dengan baik
Julia Artha Isabella Siregar, National Key Account Manager PT L'Oréal Indonesia menjelaskan, apabila seorang perempuan diberikan uang Rp 1.000.000 untuk memperbaiki penampilan dan kecantikannya, salon bukan pilihan utama bagi mereka.
“Ada lima jawaban yang paling banyak diberikan. Yang paling tinggi adalah pakaian, disusul make up, spa, skin care, dan terakhir salon,” ungkap Julia saat melaporkan hasil riset L'Oreal dalam konferensi pers Salon of The Future di JS Luwansa Jakarta, Selasa, (8/3/2016).
Julia meyakini, dunia hairdressing tidak akan mengalami perubahan berarti apabila para pelakunya hanya melakukan strategi yang sama. Maka itu, pihaknya mengajak para hairdresser untuk memahami perubahan yang terjadi di landskap bisnis salon Indonesia.
“Kami membuat L'Oreal Business School untuk mengajak para hairdresser menapaki masa depan salon di Indonesia. Sekolah ini merupakan perwujudan pilar edukasi dari merek profesional kami, L'Oreal Professionnel,” tuturnya.
Ada tiga materi penting yang diajarkan di L'Oreal Business School. Pertama, mengenai kepuasan pelanggan. Kedua, solusi bisnis yang didesain secara spesifik. “Kami memahami setiap salon punya keunikan sendiri. Kami membantu menyusun prioritas dan langkah kerja untuk bisa mencapai sukses,” tutur Julia.
Ketiga, memberikan jalur pelatihan yang lengkap, progresif, dan berjenjang bagi para hairdresser maupun mereka yang ingin menekuni bisnis salon. Ketiga materi itu disalurkan ke dalam tiga program berjenjang. Pertama, program startup yang berisi seminar bisnis sehari. Kedua, bachelor dengan enam kali training dan seminar. Ketiga, master dengan training selama tujuh hari penuh.
“Kami fokus untuk menciptakan salon emotion, yaitu salon yang tidak sebatas soal penampilan dan visual. Akan tetapi harus memahami ketiga hal utama, yaitu service, experience, dan place,” terang Julia.
Senior Education Manager L'Oreal Indonesia Lazuardi Indra mengklaim, salon yang telah diedukasi oleh L'Oreal, pendapatannya tumbuh 13%. Sedangkan yang tidak teredukasi minus 9%.
Tarik Minat Investor
GM Professionnel Products Division PT L'Oreal Indonesia Michael Justisoesetya mengungkapkan, tidak hanya para hairdresser yang memiliki keinginan untuk memiliki salon, publik pun juga demikian. Ia mengatakan, bisnis salon itu adalah pasar yang berpotensi tumbuh besar.
“Pertama, tak banyak sekolah yang didedikasikan untuk hairdresser. Kedua, tak ada tempat bertanya bagi orang bermodal untuk tahu cara berbisnis salon,” ungkapnya.
Di situlah, L'Oreal melihat peluang investasi di salon yang tidak datang dari para hairdresser, melainkan pula dari publik maupun dari perusahaan-perusahaan investasi dan modal ventura.
“Hairdressing itu adalah bisnis. Dan mereka bukan hanya menjual produk, melainkan servis. In the end of the day, everybody is the business,” ungkapnya.
Editor: Eko Adiwaluyo