Generasi Z atau Gen Z dalam satu tahun terakhir menjadi obrolan hangat, terutama di kalangan pelaku bisnis dan ekonomi. Memasuki tahun 2020, generasi ini memang mulai memasuki usia produktif bekerja, menjadikan mereka sebagai calon konsumen yang potensial dalam beberapa tahun ke depan.
Di balik potensinya, Gen Z memiliki perilaku yang unik, sehingga pelaku bisnis dan ekonomi harus ikut beradaptasi. Melalui riset berjudul Now you Z me: Debunking myths about ASEAN’s Generation Z, Hakuhodo berupaya membaca perilaku dan persepsi Gen Z terhadap tantangan sosial di sekitar mereka. Sehingga pelaku bisnis, ekonomi, hingga pemasar bisa menjadikan dirinya relevan dengan generasi muda ini.
“Kami menyebut Gen Z di ASEAN sebagai SynergiZers, yaitu generasi yang menciptakan sinergi dan harmoni melalui berbagai aspek diri. Diperkirakan 24% dari populasi Gen Z di ASEAN dapat memberikan dampak perekonomian yang besar,” kata Devi Attamimi, Institute Director HILL ASEAN dan Executive Director Strategy Hakuhodo International Indonesia.
Dalam riset tersebut, terungkap bahwa Gen Z cenderung ingin selalu melakukan perubahan, terutama dalam cara mengatasi masalah atau tantangan sosial. Mereka juga menginginkan penyelesaian tantangan secara nyata. Generasi ini juga lebih menghargai diri sendiri, keluarga, dan orang sekitarnya. Mereka dapat memahami perbedaan satu sama lain antarmanusia.
Gen Z merupakan generasi yang humanis. Hakuhodo meneliti 4.500 responden berusia 15-55 tahun untuk melihat bagaimana Gen Z bersikap, baik dari sisi sesama Gen Z maupun generasi sebelumnya, yaitu Gen Y dan Gen Z. Di Indonesia, ada 90% Gen Z yang setuju bahwa hidup adalah tentang memenuhi tanggung jawab. Sementara itu 88% Gen Z setuju dengan pernyataan hidup adalah tentang mencintai diri sendiri.
“Gen Z sangat menghargai keseimbangan nilai hidup yang dimiliki. Karakter generasi ini sangat positif dan kuat. Mereka berpikir bahwa mereka tidak akan bahagia jika orang-orang di sekitar mereka tidak bahagia. Jadi, Gen Z cenderung berupaya menciptakan kebahagiaan dan keadaan terbaik untuk orang-orang di sekitarnya,” papar Devi.
Di era digital ini, Gen Z seakan-akan sedang berada di zona nyamannya. Generasi ini cenderung gemar memperlihatkan jati diri mereka melalui platform-platform daring. Generasi ini juga sangat peduli. Mereka akan hadir dan berkontribusi untuk memecahkan permasalahan sosial, salah satunya ekonomi. Media sosial menjadi kanal bagi mereka untuk mengungkapkan pendapatnya.
“Ada perbedaan karakter yang cukup besar antara Gen Z dan generasi-geerasi sebelumnya. Namun, generasi ini membawa angin segar pada lanskap kehidupan sosial dan ekonomi, terutama di ASEAN,” kata Devi.
Devi menegaskan bahwa merek harus beradaptasi jika ingin menggandeng Gen Z dan berkolaborasi dengan generasi ini. Kini, sebagian besar perkembangan ekonomi kreatif dan teknologi banyak dilakukan oleh Gen Z.
“Mereka sudah sangat berperan terhadap perekonomian. Generasi Z merupakan generasi yang memiliki pola pikir mendalam dan kepedulian yang tinggi. Merek harus humanis dan bertanggung jawab untuk menarik hati Gen Z. Mereka juga menghargai adanya kolaborasi dan dimunculkannya pesan-pesan positif dengan dampak yang besar untuk membangun nama merek yang lebih kuat pada benak mereka,” tutup Devi.
Editor: Eko Adiwaluyo