RedDoorz sebagai platform akomodasi ikut serta dalam revolusi industri pariwisata melalui inovasi teknologi. Revolusi ini diharapkan mampu menjadi end-to-end solution yang membantu para pemilik properti lewat customer experience, layanan, hingga komunikasi yang lebih mudah.
Tentunya, ragam solusi tersebut harusnya bisa didapatkan melalui sistem yang otomatis. Selain itu, juga dapat diakses hanya dalam satu platform saja.
Dengan berbagai manfaat dan fitur yang ditawarkan, RedDoorz masuk sebagai bagian dari generasi perhotelan 3.0. Sektor perhotelan pada generasi sebelumnya, yaitu 1.0 dan 2.0 didominasi hotel dengan kepemilikan individu.
Pasalnya, banyak pemilik yang sering menangani seluruh kebutuhan dengan berbagai solusi yang rumit dan terbagi-bagi demi menjalankan bisnis mereka. Hal ini mulai berubah melalui digitalisasi yang dihadirkan oleh perusahaan-perusahaan pemesanan akomodasi dan hotel online yang merupakan generasi 2.5.
Kondisi ini juga mendapatkan dorongan dari pandemi COVID-19. Kendati demikian, generasi ini masih belum menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan teknologi untuk properti-properti kecil.
Melihat potensi yang ada, RedDoorz hadir menawarkan rangkaian solusi. Berbagai inovasi pun disajikan guna membantu pemilik properti berskala kecil dan menengah.
Harapannya, dengan demikian mereka bisa fokus pada operasional dan manajemen bisnis sehari-hari.
“RedDoorz sebagai salah satu dari generasi perhotelan 3.0, memberikan solusi teknologi yang mencakup dynamic pricing, fitur pemesanan, manajemen properti, pembayaran, serta program loyalitas dengan memanfaatkan algoritma untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Sehingga perusahaan perhotelan 3.0 dapat memberikan value yang lebih besar,” ujar Amit Saberwal, Founder RedDoorz dalam pernyataan resmi yang diterima Marketeers.
Sistem otomatis ini meminimalisasi biaya dan tenaga kerja manual sehingga membantu mengurangi biaya overhead sebesar 50%. Selain itu, dynamic pricing juga memungkinkan RedDoorz untuk mengubah rekomendasi harga bagi konsumen berdasarkan tingkat permintaan selama periode tertentu.
Amit menambahkan berdasarkan pengalamannya, potensi upside ini sangat besar. Pasalnya, pemilik akomodasi dapat mengalami peningkatan pendapatan hingga 50% selama periode puncak dengan penyesuaian harga.
Kelebihan tersebut juga turut membantu RedDoorz untuk bertahan selama pandemi COVID-19, meskipun sempat mengalami penurunan hunian yang signifikan dari sekitar 65% sampai satu digit dalam satu minggu awal pandemi.
Guna memastikan kelangsungan hidup para pemilik properti di RedDoorz, perusahaan yakin bisnis generasi 3.0 harus lebih mengandalkan fondasi teknologi dan menjadikannya lebih penting bagi model bisnis secara keseluruhan. Ke depannya, RedDoorz berencana untuk terus tumbuh dengan menggalakkan kolaborasi serta memperluas lini hotel sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat Indonesia maupun Asia Tenggara.
Selain itu, RedDoorz juga berencana untuk mencapai Break Even Point (BEP) pada Oktober 2022.
“Kami bersyukur perusahaan kami sebagai industri perhotelan 3.0 dapat bertahan selama pandemi tanpa harus melakukan measurement drastis pada fungsi perusahaan dan dapat membantu para property owners untuk bertahan serta tumbuh bersama dengan industri pariwisata,” tutur Amit.
Editor: Ranto Rajagukguk