Selama masa pandemi, tren belanja digital melalui e-commerce meningkat pesat. Hal ini akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di negara ini untuk menekan penyebaran COVID-19. Tren belanja di platform digital ini diperkirakan akan terus tumbuh, mengingat akses internet kini juga semakin luas.
Riset MarkPlus Insight bertajuk Perilaku Konsumen E-Commerce Tahun 2021 mengungkapkan ada lima faktor pendorong tren pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Pertama, bergesernya aktivitas belanja konsumen saat pandemi menuju online shopping karena peraturan social distancing. Kedua, meningkatnya tech awareness dan penggunaan smartphone pada konsumen.
Ketiga, kemajuan infrastruktur jaringan komunikasi di Indonesia. Keempat, lonjakan ketertarikan konsumen terhadap belanja daring dipengaruhi oleh promo dan kampanye dari perusahaan e-commerce. Kelima, penggunaan e-money yang terus meningkat seiring menguatnya kepercayaan konsumen pada alat pembayaran digital.
Riset tersebut juga menampilkan kategori produk yang paling banyak dibeli. Selama 12 bulan terakhir, produk digital menjadi yang paling banyak dibeli. Sekitar 59,8% pengguna e-commerce membeli beragam produk digital lintas platform. Diikuti oleh fesyen (48,8%), kecantikan (41,2%), makanan dan minuman (39%), perlengkapan rumah (33,8%), high-end fashion (30,8%), elektronik rumah tangga (25,8%), perlengkapan ibu, bayi, dan anak-anak (25,4%), serta olahraga dan gaya hidup (19,8%).
“Konsumen mulai menggeser pembelian pulsa, paket data, dan token listrik melalui e-commerce dengan asumsi lebih praktis dan minim risiko. Pembelian produk digital juga termasuk pembelian smartphone dan tablet yang meningkat selama satu tahun terakhir,” papar Rhesa Dwi Prabowo, Head of High Tech, Property, and Consumer Goods Industry MarkPlus, Inc.
Meskipun begitu, kategori produk dengan highest selling value di e-commerce justru dipegang oleh fesyen dan elektronik. Fesyen tercatat memiliki volume sales tertinggi, kategori ini diprediksi akan mencapai US$ 10,4 miliar pada tahun 2022 di Indonesia. Sementara itu, kategori consumer electronics and appliances memiliki potensi besar dalam selling value karena price range yang lebih tinggi dibanding fesyen. Diprediksikan, selling value kategori ini akan mencapai US$ 7,9 miliar pada tahun 2022.
Namun begitu, tren belanja melalui e-commerce yang terus meningkat tidak menghilangkan rasa skeptis pada benak konsumen saat berbelanja di e-commerce. Rhesa mengatakan, hal inilah yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi secara maksimal oleh pemain e-commerce. Kepercayaan pelanggan yang dibangun dari testimonial terbukti tidak maksimal menumbuhkan kepercayaan konsumen.
Masih dari riset yang sama, JD.ID menjari e-commerce paling terpercaya untuk membeli produk original, terutama untuk produk kategori elektronik. Sebesar 31% konsumen e-commerce berpendapat demikian. Hal ini didukung oleh keberanian JD.ID dalam memberikan garansi produk dan kualitas yang dijamin original. Jaminan ini tidak hanya menjadi fitur, tapi juga diangkat sebagai tagline merek dan kampanye JD.ID di Indonesia, sehingga konsumen terpengaruh dan mengasosiasikan JD.ID dengan produk original.
Sementara, e-commerce lain yang dipercaya konsumen adalah Tokopedia (30%) dan Shopee (25%). Tokopedia dianggap memiliki reputasi yang baik sebagai merek e-commerce. Selain itu, e-commerce asli Indonesia ini memiliki banyak partnership dengan merek terpecaya serta fitur garansi dan kebijakan pengembalian barang, meskipun tercatat belum terpatri di top of mind konsumennya.
Di sisi lain, Shopee mendapatkan kepercayaan dari jumlah review dan testimonial merchant yang cukup tinggi. Jumlah pengguna yang banyak, cara pembayaran terpercaya, dan partnership dengan merek juga menjadi faktor e-commerce asal Singapura ini dipercaya oleh konsumen Indonesia.
Editor: Sigit Kurniawan