Menguak Efek Samping Mindfulness, Bisa Ganggu Kesehatan Mental?

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Mindfulness sering kali dianggap sebagai solusi sederhana untuk meredakan stres dan menjaga kesehatan mental. Namun, di balik manfaatnya itu, ternyata praktik ini dapat memberikan efek samping yang justru berdampak pada kesehatan mental.

The Conversation melaporkan bahwa ada sejumlah studi yang menunjukkan mindfulness bukan tanpa risiko. Sebuah penelitian pada 2022 mengungkapkan lebih dari 10% peserta mengalami efek samping serius yang memengaruhi aktivitas sehari-hari setidaknya selama satu bulan.

Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah kecemasan dan depresi. Selain itu, dampak negatif dari mindfulness juga kerap diikuti gejala psikotik atau delusi, disosiasi, depersonalisasi, serta rasa takut yang berlebihan.

BACA JUGA: Remaja Bunuh Diri usai Curhat dengan AI, Ini Tips Bijak Menggunakannya

Temuan tersebut sejatinya bukanlah hal baru. Bukti pertama mengenai efek samping mindfulness ini sudah ditemukan lebih dari 1.500 tahun lalu dalam kitab Dharmatrāta Meditation, yang mencatat bahwa beberapa praktisi mengalami gejala depresi, kecemasan, dan perubahan kognitif lainnya yang mirip dengan gangguan mental seperti psikosis.

Penelitian lebih lanjut oleh ahli psikolog bernama Arnold Lazarus pada 1976 juga menunjukkan bahwa meditasi yang digunakan secara tidak hati-hati bisa memicu masalah psikiatris serius seperti depresi, kegelisahan, bahkan skizofrenia.

Ada beberapa alasan mengapa meditasi ini bisa mengganggu kesehatan mental bagi sebagian orang. Berikut adalah faktor yang memicu efek samping mindfulness:

Peningkatan Kecemasan dan Depresi

Meditasi mindfulness mendorong seseorang untuk fokus pada perasaan dan pikiran saat ini. Bagi sebagian orang, itu dapat membuka kembali emosi atau trauma yang tertahan, yang justru memicu kecemasan dan depresi.

BACA JUGA: Tips Mengatasi Jam Koma, Istilah Kelelahan yang Viral di Media Sosial

Pengalaman Psikotik atau Delusi

Beberapa orang mungkin juga mengalami disosiasi ataupun depersonalisasi, perasaan saat dunia terasa “tidak nyata.” Hal ini utamanya terjadi jika seseorang melakukan meditasi dalam waktu lama tanpa panduan yang tepat.

Munculnya Gejala Traumatis

Dalam beberapa kasus, meditasi mindfulness dapat mengaktifkan kembali kenangan traumatis yang sebenarnya sudah lama ditekan. Tanpa bimbingan dari profesional yang memahami cara menghadapi trauma, ini bisa dan merusak stabilitas mental seseorang.

Minimnya Dukungan Psikologis

Banyak aplikasi, buku, serta kursus mindfulness tidak memberi informasi lengkap tentang risiko ini. Alhasil, ketika seseorang mengalami efek negatif, mereka tidak tahu harus bagaimana yang lantas dapat memperburuk kondisi mereka.

Tidak Cocok untuk Semua Kondisi Mental

Tak semua orang cocok dengan meditasi mindfulness, terutama mereka yang memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi berat, gangguan kecemasan parah, atau riwayat psikosis. Meditasi mendalam justru bisa memperburuk gejala pada orang dengan kondisi tersebut.

Singkatnya, mindfulness memang bermanfaat bagi banyak orang, tetapi tanpa pendekatan yang hati-hati dan dukungan yang memadai, ia juga memiliki potensi mengganggu kesehatan mental. Terutama, bagi individu yang sudah memiliki atau rentan terhadap masalah mental tertentu.

Untuk itu, jika Anda ingin melakukan mindfulness, pastikan Anda sudah mendapat informasi yang lengkap dan berada di bawah pengawasan instruktur profesional.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS