Mengungkap Enam Mitos Menyusui, Benar atau Salah?

marketeers article
Baby holding a baby bottle with breast milk for breastfeeding. Mothers breast milk is the most healthy food for newborn baby.

Menjadi seorang ibu, terutama mereka yang baru memiliki anak tentu tak lepas dari berbagai kekhawatiran dalam menangani bayi. Salah satu kekhawatiran yang kerap melanda para ibu adalah persoalan Air Susu Ibu (ASI). Meski zaman telah berkembang, nyatanya masih banyak mitos dan informasi keliru yang beredar di masyarakat. Berikut ini spesialis anak dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) memberi enam penjelasan mitos menyusui. Kira-kira, mana yang benar dan mana yang salah ya?

1. Setelah Enam Bulan, Bayi Membutuhkan Jenis Susu Lain

Mungkin Anda kerap mendengar mitos yang mengatakan setelah usia enam bulan, seorang bayi memerlukan tambahan jenis susu lain. dr. Yoga mengatakan ini hal yang keliru.

“Memang setelah 6 (enam) bulan, bayi memerlukan tambahan energi, protein dan  terutama zat besi  karena ASI saja tidak mencukupi.  Yang harus diberikan setelah 6 (enam) bulan bukan susu formula tetapi makanan padat atau MPASI yang mengandung zat dibutuhkan tadi. Pengenalan tekstur makanan padat juga diperlukan sehingga keterampilan makan bayi terasah,” kata dr. Yoga dalam keterangan pers.

2. Konsumsi ASI dalam Botol Picu Bayi Tak Mau Payudara Ibu

Menurut dr. Yoga, mitos yang mengatakan jika bayi diberikan ASI dengan botol akan menolak payudara ibu merupakan mitos yang keliru. Sebab, ada banyak bayi yang menyusui dari payudara dan botol secara bergantian tanpa masalah berarti.

“Selama botol itu diperkenalkan setelah sang bayi sudah mahir menyusui secara langsung dari payudara ibu, biasanya di sekitar usia dua bulan maka hal ini tidak menjadi masalah,” jelas dr. Yoga.

Pasalnya, setiap ibu hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan banyak dari mereka yang terbantu dengan menyusui bayinya secara langsung dan menggunakan botol secara bergantian. Penggunaan botol juga memungkinkan sang Ayah atau anggota keluarga lain untuk membantu ibu memberikan ASI kepada si kecil.

3. Mitos Ibu Menyusui Hanya Boleh Mengonsumsi Makanan ‘Hambar’

Mitos ini menurut dr. Yoga adalah benar. Ibu menyusui harus memperhatikan apa yang ia makan, namun tidak berarti harus ada banyak pantangan.

“Ibu bisa memakan makanan yang mereka suka, selama tidak berpengaruh buruk ke kesehatan ibu (misalnya makanan yang dapat menyebabkan alergi). Bahkan, ada keuntungan tersendiri dari ibu yang tidak terlalu banyak pantangan ketika menyusui,” kata dr. Yoga.

Selain membuat ibu senang karena bisa memakan beragam makanan dan mengurangi stress sehingga produksi ASI lebih lancar, dr. Yoga mengatakan si kecil pun nanti tidak akan tumbuh menjadi anak yang pilih-pilih makanan, karena sudah diperkenalkan dengan berbagai rasa.

4. Mitos Ibu Harus Berhenti Menyusui Ketika Sedang Sakit

Tidak menyusui selama sakit bukan berarti bayi tidak akan tertular penyakit ibu. Di saat ibu menyadari bahwa ia tidak sehat, si kecil kemungkinan sudah mulai terpapar dengan virus atau bakteri penyebab infeksi. Malahan, menyusui ketika sedang sakit akan memberikan antibodi pelindung yang akan menjaga bayi tetap sehat.

5. Mitos Setelah Kembali Bekerja, Ibu Harus Menyapih Bayinya

Hal ini menurut dr. Yoga tidak benar. Jika ibu  berkomitmen untuk memerah ASI,  dia tetap bisa memberikan ASI bagi si kecil selama yang dia inginkan. Ibu bisa memerah dua hingga tiga jam sekali di sela pekerjaan. Ibu tetap menyusui di pagi hari sebelum berangkat dan di malam hari. Hal ini akan menjaga produksi ASI ibu tidak berkurang setelah kembali bekerja. Jangan lupa mulai menabung ASI sebelum masa cuti berakhir.

6. Mitos MPASI Harus Terdiri dari Banyak Buah dan Sayur Saja

Selain karbohidrat bayi juga membutuhkan tambahan protein dan terutama zat besi dari makanannya. Zat besi sangat penting untuk kecerdasannya. Zat besi pada sayuran hijau mempunyai penyerapan yang buruk sedangkan zat besi dalam daging merah mempunyai penyerapan yang baik.

“Apabila si kecil hanya diberikan buah dan tim sayur, makin lama si kecil makin kekurangan zat besi dan protein. Ibu tidak perlu khawatir pada usia 6 (enam) bulan saluran cerna bayi sudah siap mencerna sumber protein hewani. Jadi, pastikan MPASI mengandung sumber protein hewani dan sumber zat besi seperti daging merah atau ati ayam,” jelas dr. Yoga.

Related