Pernah nggak sih, kamu tiba-tiba menemukan merek baru yang langsung meramaikan pasar dengan cepat? Mereka buka banyak toko, jalankan kampanye besar-besaran, dan rasanya langsung akrab banget dengan gaya hidup serta selera orang Indonesia. Nama merek mereka pun sering kali terdengar ‘Indonesia’ banget, sampai-sampai kamu pikir itu merek lokal. Tapi, tahukah kamu kalau banyak dari merek-merek ini justru berasal dari Cina?
Dalam beberapa tahun terakhir, merek-merek dari Cina sedang gencar-gencarnya mengembangkan sayapnya di Indonesia. Banyak yang berpendapat, strategi yang mereka pakai benar-benar jitu dalam menyasar pasar Indonesia.
Mulai dari produk yang terasa lokal banget, harga yang ramah di kantong, hingga gaya pemasaran yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia.
Lalu, apa sih yang membuat merek Cina begitu agresif memperluas pasar di Indonesia? Dan bagaimana mereka bisa sukses begitu cepat?
Mengutip tulisan Gunjan Prasad di laman Campaign Asia, Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta yang mayoritasnya terdiri dari kaum muda, Indonesia menawarkan potensi pasar yang luar biasa bagi merek-merek Cina.
Usia rata-rata penduduk yang masih muda, ekonomi yang terus tumbuh, biaya tenaga kerja yang lebih rendah, dan akses internet yang sangat luas membuat Indonesia jadi surga bagi merek Cina, yang ingin berkembang di luar pasar domestik mereka.
BACA JUGA: Rahasia Sukses Ekspansi Produk China ke Pasar Indonesia
“Kecepatan informasi yang semakin cepat membuat orang Indonesia semakin terbuka dengan berbagai merek. Keterbukaan ini menciptakan peluang besar bagi merek-merek Cina, yang di negaranya sendiri tengah bersaing ketat, untuk merambah pasar Indonesia,” ujar Adji Saputro, Director & Head of the Business Unit of Partnership Clients Kantar Indonesia.
Saat ini, hampir semua sektor berkembang di Indonesia sudah diserbu oleh merek Cina, salah satunya kendaraan listrik. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), empat dari lima kendaraan listrik yang terjual di Indonesia berasal dari merek Cina, seperti Wuling, BYD, Chery, dan Neta.
Sektor ritel juga semakin ramai dengan merek-merek Cina. Menurut data Statista, pasar ritel Indonesia diperkirakan bernilai $ 46,34 miliar pada tahun 2022 dan diproyeksikan akan mencapai $ 71,89 miliar pada tahun 2031. Angka ini tentu membawa angin segar bagi merek-merek Cina yang tengah bersaing ketat di pasar global, terutama di tengah ekonomi domestik Cina yang mengalami pelambatan.
Seorang pemilik mal terkemuka di Indonesia yang lebih memilih untuk tetap anonim, mengungkap bahwa telah terjadi lonjakan permintaan dari Cina untuk hampir setiap pemilik mal premium di Jakarta dalam setahun terakhir.
Lebih dari setengah permintaan datang dari kategori food & beverage (F&B) seperti Cotti Coffee, Naixue, Jiguang, Mixue, Wallace, dan Yao Yao. Di sisi ritel, ada merek seperti Huawei, Oppo, Pop Mart, M&G Life, Anta, Vivaia, dan HLA.
Menurut Sameer Prasad, CEO dan Group Business Development Director PT Mitra Adiperkasa Tbk, proliferasi beberapa merek gaya hidup Cina di ruang ritel Indonesia adalah perkembangan yang menarik. Pilihan yang lebih luas menciptakan lebih banyak minat dan secara tak terhindarkan menghasilkan perbincangan di kategori tersebut.
BACA JUGA: Hypefast Beberkan Kunci untuk Merek Lokal Hadapi Dominasi China
“Kami juga aktif menjajaki beberapa kemitraan dengan merek-merek Cina dan akan segera membawanya ke pasar Indonesia. Dari perspektif real estat, kami percaya ada cukup ruang bagi semua untuk saling berdampingan. Pilihan yang lebih banyak tentu akan menarik lebih banyak pengunjung ke mal, yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi semua pengecer. Semakin banyak pilihan, semakin baik,” tambahnya.
Kisah Sukses Miniso
Mari kita lihat kasus Miniso, salah satu merek Cina yang berhasil meraih kesuksesan di Indonesia. Indonesia selalu masuk dalam lima besar negara dengan volume merchandise terbesar dari 111 negara tempat Miniso hadir.
Bahkan, pada Agustus 2024, Miniso membuka toko terbesar di dunia di Jakarta, setelah hampir 300 toko dibuka dalam tujuh tahun, menunjukkan betapa pentingnya pasar Indonesia bagi mereka. Penjualan hari pertama yang mencapai 1,18 juta RMB pun memecahkan rekor baru.
“Bagi retailers, semakin banyak toko yang dibuka, semakin banyak konsumen yang dijangkau, yang secara alami dapat meningkatkan brand awareness. Penting untuk memiliki pengakuan yang signifikan di pasar lokal,” kata Robin Liu, Vice President & Chief Marketing Officer Miniso.
Sejak awal hadir di Indonesia, Miniso memanfaatkan intellectual property (IP) sebagai pembeda, dengan banyak menghadirkan IP Jepang dan Korea yang populer, seperti One Piece dan Zanmang Loopy, yang langsung laris di pasaran.
BACA JUGA: Pengumuman! Produk Kolaborasi MINISO x Harry Potter Bisa Dibeli Secara Online di Shopee!
Miniso juga telah mengadaptasi produknya dengan lebih lokal, berkolaborasi dengan pemasok lokal untuk memproduksi produk-produk seperti skincare dan kosmetik. Sekitar 30% produk yang dijual di Indonesia kini berbeda dari yang ada di China.
Menurut Miguel Simoes, Vice President Kid’s Division MAP Active, merek Cina seperti Miniso telah mengganggu pasar ritel Indonesia, terutama dengan produk koleksi IP yang sangat diminati.
“Dengan menciptakan hype melalui platform sosial seperti TikTok dan Meta, serta memanfaatkan psikologi audiens yang suka mengikuti tren, merek-merek Cina mampu memanfaatkan momentum di Asia, yaitu tren koleksi barang,” kata Simoes.
Simoes menjelaskan bahwa pendekatan omnichannel dan konsep toko besar dengan pengalaman belanja yang menarik menjadi kunci sukses mereka. “Setengah dari konversi pembelian sudah terjadi bahkan sebelum konsumen memasuki toko fisik,” ungkapnya.
Simoes juga mencatat bahwa produk IP, seperti mainan blind box yang biasanya mahal di pasar sekunder, kini menjadi lebih terjangkau. Menurutnya, keunggulan kompetitif pengecer Cina terletak pada kemampuan mereka dalam pengadaan barang dengan harga yang sangat sulit ditandingi oleh retailer besar.
BACA JUGA: Nissan Terancam Collapse, Tertekan Mobil Listrik Cina
“Namun, kita juga perlu melihat apakah ini hanya tren sesaat. Pada satu titik, orang dewasa dan muda menghabiskan uang untuk sepatu atau pakaian terbaru, meniru gaya Barat. Sekarang mereka menghabiskan penghasilan terbatas mereka untuk koleksi kidult. Bisa jadi ini hanyalah tren musiman sebelum tren besar berikutnya muncul,” tutur Simoes.
Miniso telah membuktikan bahwa merek Cina dapat meraih kesuksesan besar di Indonesia. Mereka tidak hanya membuka banyak toko dan menawarkan harga kompetitif, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dengan konsumen dan mitra lokal melalui produk yang relevan serta pemasaran yang kreatif dan terlokalisasi.
Namun, apakah kesuksesan ini akan bertahan dalam jangka panjang? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Miniso telah menunjukkan potensi besar merek Cina di pasar Indonesia, membuka jalan bagi lebih banyak merek lainnya untuk menembus pasar Indonesia.
Editor: Eric Iskandarsjah Z